Suara.com - Penemuan suatu kota kuno berusia 3.000 tahun, yang terkubur di gurun pasir Mesir, dinilai sebagai salah satu temuan arkeologi terpenting sejak makam Tutankhamun.
Ahli Mesir Kuno terkenal, Zahi Hawass, mengumumkan penemuan "kota emas yang hilang itu" di dekat Luxor pada Kamis (08/04).
Menurut dia, kota kuno dengan nama Aten itu adalah yang terpenting yang pernah ditemukan di Mesir.
Kota hilang itu terungkap melalui penggalian yang dimulai pada September 2020.
Baca Juga: Konvoi Peti Jasad Firaun di Mesir, Inilah Profil Mobil Pengangkutnya
- Ketika belasan mumi Firaun turut dalam parade mewah di Kairo
- Mumi berusia 2.000 tahun dengan 'lidah emas' ditemukan di Mesir
- Artefak Mesir yang lama hilang ditemukan di dalam kotak cerutu
Kota itu diduga merupakan peninggalan masa kekuasaan Amenhotep III, salah satu firaun paling kuat di Mesir, yang memerintah dari 1391 hingga 1353 Sebelum Masehi.
Kota itu selanjutnya digunakan oleh firaun Ay dan Tutankhamun, yang makamnya ditemukan di Lembah Para Raja oleh arkeolog Inggris Howard Carter pada 1922.
"Kota hilang ini merupakan penemuan arkeologi terpenting setelah makam Tutankhamun," kata Betsy Brian, profesor ilmu Sejarah Mesir di Universitas John Hopkins Baltimore, AS.
Bagi dia, kota itu akan "memberi kita gambaran yang langka tentang kehidupan orang Mesir kuno" pada saat kekaisaran itu berada di masa kejayaan.
Penggalian itu mengungkap banyak penemuan arkeologi berharga, seperti perhiasan, tembikar berwarna, jimat kumbang, dan batu bata lumpur bersegel Amenhotep III.
Baca Juga: Parade Emas Firaun: Mesir Pindahkan Belasan Mumi Firaun ke Museum Baru
Tim arkeolog memulai penggalian di tepi barat Luxor dekat Lembah Para Raja, sejauh 500 kilometer dari sebelah selatan Ibu Kota Kairo.
"Dalam hitungan pekan, yang sangat mengejutkan tim, formasi batu bata lumpur mulai tampak di segala penjuru," kata Hawass.
"Apa yang mereka gali adalah situs suatu kota besar dalam kondisi masih terawat baik, tembok-temboknya nyaris lengkap, dengan ruangan-ruangan yang dipenuhi alat-alat pekerjaan sehari-hari."
Kini, tujuh bulan setelah dimulainya penggalian, beberapa wilayah atau lingkungan telah digali, termasuk tempat pembuatan roti, kompleks pemerintahan, wilayah hunian.
"Banyak delegasi-delegasi asing mencari kota ini dan gagal menemukannya," kata Hawass, yang juga mantan menteri urusan peninggalan purbakala Mesir.
Dia mengungkapkan bahwa proyek arkeologi di lokasi itu masih terus berlangsung dan timnya "berharap dapat menemukan makam-makam berisi harta peninggalan."
Mesir tengah mempromosikan peninggalan purbakala demi membangkitkan lagi sektor pariwisatanya, yang redup akibat krisis politik bertahun-tahun dan pandemi virus corona dalam setahun terakhir.
Pekan lalu, pemerintah Mesir memindahkan mumi para firaun ke museum baru di Kairo lewat prosesi yang megah dan bersejarah.
Lewat acara yang spektakuler, 22 mumi itu - terdiri dari 18 firaun dan empat ratu - dipindahkan dari Museum Mesir yang neo-klasikal ke gedung baru, yaitu Museum Nasional Peradaban Bangsa Mesir yang berjarak 5 km.
Mumi Amenhotep III dan istrinya, Ratu Tiye, termasuk yang dipindahkan.