Suara.com - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menilai Gubernur Anies Baswedan terlalu cepat melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah. Seharusnya, Anies membukanya setelah pandemi Covid-19 sudah menjadi endemik.
Endemik merupakan penyakit yang tersebar di suatu wilayah dan menetap. Namun penyebarannya dan penularannya dari satu orang ke lainnya tidak separah pandemi.
Menurut Miko jika masih pandemi, membuka sekolah seharusnya tidak dilakukan. Penularan Covid-19 bisa meningkat karena adanya aktifitas sekolah yang kembali dimulai.
"Jadi sebenarnya secara umum sekolah harusnya dibuka saat wabahnya sudah menjadi endemik. Harusnya ya," ujar Miko saat dikonfirmasi Suara.com, Jumat (9/4/2021).
Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Berisiko Munculkan Klaster Baru, Apa Kata IDAI?
Jika memang tak mau menunggu pandemi jadi endemik, seharusnya menunggu sampai temuan positif corona dibandingkan jumlah tes atau positivity rate di bawah 5 persen, sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, sampai sekarang positivity rate di DKI masih di angka 9-11 persen.
"Kalau pun tidak positivity rate-nya kurang dari 5 persen baru boleh dibuka dengan catatan semua kasus yang ditemuka diisolasi oleh pemerintah dengan baik," jelasnya.
Miko menilai bahaya Covid-19 saat pembelajaran tatap muka dilakukan tidak hanya di sekolah saja. Malah yang paling berisiko saat berangkat dan pulang sekolah.
Siswa atau tenaga pengajar lainnya bisa saja terpapar saat di luar atau membawa virus sehingga orang di sekitarnya jadi terjangkit Covid-19.
Baca Juga: Guru Sudah Divaksin, Emang Jamin Siswa Enggak Tertular Covid-19?
"Lebih baik kita secara nasional berkomitmen menurunkan wabah Covid gitu. Daripada buka sekarang," pungkasnya.