Kisah Sebastianus Selamat dari Banjir Bandang dan Longsor Lembata

Kamis, 08 April 2021 | 20:22 WIB
Kisah Sebastianus Selamat dari Banjir Bandang dan Longsor Lembata
Banjir bandang dan longsor di Desa Waematan, Kecamatan Ile Ape Timur, Kebupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). [Suara.com/Yasir]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hujan deras disertai angin kencang mengguyur Desa Waematan, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupeten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Sabtu (3/4) pagi. Ketika itu Sebastianus Kelule (56) bersama sang istri tengah berada di kebun. Sedangkan dua anaknya dititipkan di rumah neneknya di Desa Lamagute, yang berjarak cukup dekat.

Sebastianus dan istri serta dua anaknya selamat dari bencana banjir bandang dan longsor yang meluluhlantahkan rumahnya di Waematan, Minggu (4/4/2021) dini hari. Mereka selamat lantaran memilih bermalam di rumah neneknya usai berkebun lantaran hujan deras disertai angin tak kunjung reda hingga diterjang banjir bandang.

"Kejadian itu mungkin sekitar setengah dua dini hari, hujan tidak pernah putus. Selama hidup saya belum pernah lihat hujan sebesar ini," kata Sebastianus saat ditemui Suara.com di Desa Waematan, Kecamatan Ile Ape Timur, NTT, Kamis siang.

Mata Sebastianus lantas tertuju pada tumpukan batu besar yang menimbun rumah dan sanak saudaranya. Batu-batu tersebut merupakan material sisa erupsi Gunung Ile Ape yang tersapu banjir lahar dingin.

Baca Juga: Tim SAR Evakuasi Enam Korban Tertimbun Longsor Lembata NTT

Rumah Sebastianus di Desa Waematan, tepatnya terletak di lereng Gunung Ile Ape yang akhir tahun lalu baru saja meletus. Ketika itu Sebastianus mengungsi selama hampir tiga bulan sejak September hingga November 2020.

"Batu ini runtuhan erupsi Ile Ape, batu itu terkumpul di jurang, maka saat hujan mungkin terjadi genangan air hingga longsor," ujarnya.

Sesekali, Sebastianus mendekati Tim SAR gabungan yang tengah melakukan proses evakuasi dibantu dua unit alat berat. Ia menunjukan titik lokasi rumahnya di mana ada lima anggota keluarganya yang tertimbun.

"Keluarga adik bungsu saya dengan kakak besar saya di sini," tuturnya.

Selama puluhan tahun tinggal di Desa Waematan, Sebastianus tak pernah merasakan bencana banjir dan longsor. Namun, menurut penuturan nenek moyangnya banjir besar serupa kali ini pernah terjadi ratusan tahun lalu.

Baca Juga: Bantu Pencarian Korban Bencana NTT, Polri Kerahkan Anjing Pelacak

"Disini tidak pernah terdampak banjir. Tetapi cerita nenek dulu pernah ada banjir seperti ini, kami tidak tahu berapa ratus tahun yang lalu. Tapi yang kami rasakan ini, kami bayangkan pas nenek dorang dulu juga pasti rasakan seperti ini," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI