Suara.com - Menunaikan pekerjaan di tengah Pandemi Covid-19 seringkali membuat was-was. Apalagi pekerjaan yang diemban justru memiliki risiko tinggi tertular virus yang kali mewabah di Kota Wuhan, China.
Perasaan itu pula yang dirasakan Agus Ramlan, salah satu petugas dari Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Meski dihinggapi perasaan was-was, namun dia mengaku tidak jera menjadi sopir bus sekolah yang pada saat pandemi bertugas mengangkut pasien Covid-19. Walaupun akhirnya, risiko terpapar Virus Corona turut dirasakannya.
“Setelah kena Covid-19 justru pandangan saya berubah tentang Covid-19. Makin banyak pandangan saya tentang Covid-19. Ternyata tidak seseram pandangan orang, kalau Covid-19, meninggal,” ujar Agus saat ditemui Suara.com di kantor UPAS Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (8/4/2021).
Penumpangnya yang sebelumnya hanya para pelajar, kekinian berubah karena keputusan Pemerintah DKI Jakarta mengalihfungsikan bus sekolah untuk mengevakuasi pasien Covid-19.
Saat kali pertama bertugas, dia hanya mengantar jemput tenaga kesehatan dari rumah sakit menuju tempat tinggal sementara.
Namun, karena angka kasus Covid-19 yang semakin melaju di ibu kota ketika itu, mau tidak mau dia harus ikut turut mengevakuasi para pasien yang terinfeksi.
“Saya cukup kaget pas ditunjuk, apalagi pas itu kita masih awam yang namanya Covid-19. Pokoknya Covid-19 meninggal saja,” ujar Agus.
Kala itu, dia mengingat dalam sehari bisa mengantarkan pasien dua hingga tiga kali dalam sehari. Pun hal itu pula yang membuatnya tak bisa menghindar dari penularan Covid-19.
“Saat itu saya khawatir, gugup saat dihubungi kalau saya positif Covid-19. Andai kata yang positif tidak menularkan ke orang lain, hanya saya saja tidak jadi masalah, ini keluarga saya juga bisa kena, anak-anak. Tapi Alhamdullilah hanya saya yang kena, “ ujar Agus.
Karena sudah terinfeksi Agus harus menjalani isolasi di Wisma Atlet selama 14 hari. Pada saat itulah, pandangannya berubah tentang Covid-19.
Ada banyak pengetahuan yang diperolehnya, yang semakin memacunya tetap menjadi bagian garda terdepan penanggulangan Covid-19.
Pengetahuan yang diperolehnya dan pengalamannya sebagai penyintas Covid-19 dijadikan bahan untuk memotivasi para penumpangnya yang merupakan pasien Covid-19.
“Mereka itu gugup takut, ini saya bakal diapain sama seperti saat saya pas kena. Saya kan sudah pernah, jadi saya bisa berbagai pengalaman,” ujarnya.
Kini, setahun lebih Agus telah menjadi bagian dari garda terdepan penanganan Covid-19. Dia mengaku sangat bangga dengan apa yang dilakukannya saat ini.
“Walaupun sampai saat ini saya takut, ada was-was, khawatir dengan keluarga, ada kebanggaan tersendiri menjadi salah satu bagian garda terdepan penanganan Covid-19,” ujarnya.
Di samping itu, Agus juga mengaku bersyukur, karena memiliki keluarga yang mendukung tugas yang dilakukannya saat ini.
“Alhamdulillah keluarga saya mendukung walau ini berisiko, mereka memiliki wawasan yang baik tentang Covid-19. Saya juga kalau habis bekerja, memastikan saya harus steril dulu sebelum pulang ke rumah,” ujarnya.
Baca Juga: Cerita Sopir Bus Pengantar Pasien Covid: Ikhlas Mati Demi Nyawa Orang Lain