Suara.com - Ribuan pekerja seks di Brasil melakukan aksi protes menuntut pemberian vaksin Covid-19 dan mengklaim jika mereka adalah "pekerja garis depan seperti perawat".
Menyadur The Sun, Kamis (8/4/2021), para pekerja seks di kota Belo Horizonte, di tenggara Brasil, keluar dari hotel tempat mereka biasa mangkal dan turun ke jalan untuk melakukan aksi protes.
Para pekerja seks tersebut mengatakan bahwa mereka terpaksa harus turun ke jalan untuk mencari pelanggan seiring dengan penutupan hotel karena pandemi Covid-19.
Cida Vieira, presiden Asosiasi Prostitusi negara bagian Minas Gerais, mengatakan kepada Kantor Berita AFP bahwa mereka harus menjadi kelompok prioritas penerima vaksin.
Baca Juga: Pilot Bertahan Hidup Sendirian Selama 36 Hari Usai Pesawat Jatuh di Amazon
"Kami berada di garis depan, menggerakkan ekonomi dan kami berisiko," kata Vieira. "Kita perlu divaksinasi."
Viera dan ribuan wanita lainnya melakukan protes pada hari Senin (5/4), di jalan yang dibatasi oleh hotel-hotel yang ditutup tempat mereka biasa berdagang.
Para wanita itu memegang plakat bertuliskan: "Pekerja seks adalah profesional" dan "Pekerjaan seks dan kesehatan".
Lucimara Costa, seorang pekerja seks yang ikut aksi protes mengatakan mereka adalah bagian dari kelompok prioritas karena mereka berurusan dengan banyak orang yang berbeda, yang dapat membahayakan nyawa mereka.
Protes datang ketika negara Amerika Selatan mencatatkan korban 325.00 korban meninggal karena virus tersebut.
Baca Juga: Otoritas Uni Eropa Temukan Hubungan Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah
Rumah sakit saat ini sedang dalam kondisi krisis dengan munculnya strain super-mutan yang "mengancam" perjuangan global melawan virus.
Dr Miguel Nicolelis, mantan koordinator regional tim tanggap pandemi negara itu, menggambarkan tanggapan Brasil terhadap krisis sebagai "bencana total".
"Ini tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah Brasil," katanya kepada BBC. "Kami mungkin mencapai 500.000 kematian pada 1 Juli, itu perkiraan terbaru."
"Tapi Universitas Washington merilis perkiraan lain yang menunjukkan jika tingkat penularan naik sekitar 10 persen, kita bisa mencapai 600.000 kematian," jelasnya.
Pemerintah telah memprioritaskan petugas kesehatan, guru dan orang tua untuk prioritas pertama penerima vaksin, bersama dengan masyarakat adat.
Harapannya pemerintah dapat memberikan suntikan vaksin pada sekitar 77 juta orang pada paruh pertama tahun 2021. Namun, para ahli mengatakan ini bisa saja mundur hingga September karena kekurangan pasokan.
"Kami adalah kelompok prioritas, kami adalah pendidik kesehatan, pendidik sebaya," kata Vieria.
"Kami adalah bagian dari kelompok itu, karena kami memberikan informasi tentang IMS untuk pria, mendistribusikan kondom ...."