Suara.com - Demonstran di Myanmar memiliki banyak cara untuk protes kudeta militer, termasuk menyemprotkan cat merah di jalanan kota Yangon pada hari Selasa (06/04).
Menyadur Channel News Asia Rabu (07/04) cat merah dipakai untuk mengingatkan junta militer bahwa tangan mereka berlumuran darah ketika krisis terjadi berlarut-larut tanpa akhir.
Beberapadari mereka menyerukan boikot Festival Air Thingyan minggu depan, yang menandai tahun baru umat Buddha.
Selebaran yang menyerukan pelarangan didistribusikan di Yangon, mengatakan itu akan menjadi tanda belas kasih bagi keluarga mereka yang terbunuh.
Baca Juga: Pilu! Anak-anak Myanmar Sembunyi di Lubang saat Dibom Junta Militer
Sejak pagi, demonstran sudah sibuk menyemprot cat merah di kota Yangon. Mereka juga mewarnai trotoar, jalan, dan halte bus dengan cat merah sebagai protes atas tindakan keras pasukan keamanan.
"Darahnya belum kering," kata salah satu pesan dengan warna merah.
"Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah harga makanan anjing," kata pesan di halte bus.
Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan, tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan, dan kampanye pembangkangan sipil yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintah.
Protes lain yang dijadwalkan Rabu menyerukan pembakaran barang-barang buatan China. Banyak pengunjuk rasa yang menentang China karena dianggap mendukung junta.
Baca Juga: Ratu Kecantikan Myanmar yang Tak Takut Menentang Militer
Sekitar 570 warga Myanmar tewas dalam dua bulan terakhir dan pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih ditahan, kata kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik (AAPP).