Suara.com - Taiwan mengungkapkan jika mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan jika China menyerang pulau tersebut.
Menyadur Channel News Asia, Rabu (7/4/2021) pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri pada hari Rabu (7/4).
"Dari pemahaman saya yang terbatas tentang para pembuat keputusan Amerika yang mengamati perkembangan di kawasan ini, mereka dengan jelas melihat bahaya kemungkinan China melancarkan serangan terhadap Taiwan," kata Joseph Wu kepada wartawan di kementerian.
"Kami bersedia membela diri sendiri tanpa pertanyaan dan kami akan berperang jika kami perlu berperang. Dan jika kami perlu mempertahankan diri hingga hari terakhir, kami akan mempertahankan diri hingga hari terakhir." tegasnya.
Baca Juga: Putranya Menikah, Ibu Ini Kaget Calon Menantu adalah Putrinya yang Hilang
Washington, pendukung dan pemasok senjata internasional terpenting Taiwan, mendorong Taipei untuk memodernisasi militernya sehingga bisa menjadi "landak" yang sulit diserang China.
Wu mengatakan mereka bertekad untuk meningkatkan kemampuan militer mereka dan membeli persenjataan yang lebih lengkap untuk pertahanan.
"Pertahanan Taiwan adalah tanggung jawab kami. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami." ujar Wu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada acara terpisah mereka akan mengadakan latihan perang selama delapan hari dengan bantuan komputer bulan ini.
Setelah selesai mengadakan pelatihan tersebut, Kementerian Pertahanan Taiwan juga akan mengadakan latihan tembak langsung yang akan digelar pada bulan Juli.
Baca Juga: Kisah Para Korban yang Selamat dari Kecelakaan Kereta di Taiwan
"Latihan itu dirancang berdasarkan ancaman musuh terberat, yang mensimulasikan semua kemungkinan skenario invasi musuh di Taiwan," kata Mayor Jenderal Liu Yu-Ping kepada wartawan.
Fase kedua dari latihan perang Taiwan tersebut akan melibatkan sekitar 8.000 personel cadangan untuk bergabung dengan latihan tembak-menembak, anti-pendaratan, dan rumah sakit mengadakan latihan untuk menangani korban.
Ketika ditanya apakah kedutaan de facto Washington, Institut Amerika di Taiwan, akan mengirimkan perwakilannya ke latihan tersebut, Liu mengatakan rencana seperti itu telah "dibahas" tetapi "tidak akan dilaksanakan", dengan alasan sensitivitas militer.