Minta Kelas Dibuka Terus, Ortu: Sekolah Online Tak Bisa Dicerna Otak Anak

Rabu, 07 April 2021 | 11:34 WIB
Minta Kelas Dibuka Terus, Ortu: Sekolah Online Tak Bisa Dicerna Otak Anak
Hari pertama masuk sekolah di SDN Cipete Utara 15, Rabu (7/4/2021). (Suara.com/Arga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerinduan untuk belajar langsung di sekolah tentunya menjadi keinginan setiap siswa. Sebab, sudah satu tahun lebih anak-anak dari jenjang SD, SMP, hingga SMA/K belajar virtual dari rumah karena pandemi Covid-19.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ika, warga di sekitar SD Negeri Cipete Utara 15 Pagi, Jakarta Selatan. Kata dia, adiknya yang saat ini duduk di bangku kelas lima begitu antusias untuk belajar secara tatap muka di sekolah.

"Ketika berangkat dia antusias katanya mau ketemu temannya," ungkap Ika ketika dijumpai di lokasi, Rabu (7/4/2021).

Menurut Ika, kegiatan belajar mengajar secara daring tidak efisien. Dia menilai, belajar secara langsung dan bertemu guru serta siswa lain dapat membuat adiknya fokus.

Baca Juga: Antusias Sekolah Tatap Muka Perdana di Jakarta

"Karena kan belajar di rumah kurang efisien, (sekolah online) tidak bisa dicerna di otak dia. Kalau sama guru kan bisa fokus," sambungnya.

Tak hanya itu, Ika mengungkapkan jika dia juga mempunyai seorang anak yang kini duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Dia menyebut, sang anak sampai lupa dengan teman-temannya lantaran jarang bertemu.

"Jangankan adik saya, anak saya saja kangen sekolah. Kangen ketemu sama teman-temannya. Sampai-sampai dia lupa sama temannya siapa saja, namanya siapa saja. Anak saya kelas tiga, adik saya kelas lima," beber Ika.

Untuk itu, Ika berharap agar kegiatan belajar mengajar tatap muka dapat berjalan secara berkelanjutan. Pasalnya, dia tidak tega melihat anak-anak harus belajar secara daring dari rumah.

"Kalau bisa sih sekolah masuk ya, karena sudah lama anak-anak di rumah," pungkas dia.

Baca Juga: Kantin Belum Buka, Siswa SDN Cipete Utara 15 Dianjurkan Bawa Bekal Sendiri

Terpisah, Kepala Sekolah SDN Cipete Utara 15, Tri Cahyadi mengatakan, sebanyak 71 siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar hari ini. Bagi para siswa yang tidak mengikuti pembelajaran secara tatap muka, mereka akan sekolah secara virtual.

"71 siswa itu dibagi 2 sesi juga. Total seluruh siswa dari kelas 4-5 ada 192. Yang tidak ikut pembelajaran tatap muka, tetap masuk melalui virtual tadi," kata Tri di lokasi.

Tri melanjutkan, setelah selesai belajar, para siswa diharuskan keluar melalui pintu gerbang belakang. Dengan demikian, cara tersebut diyakini mampu mengurai kontak fisik antarsiswa.

"Nanti anaknya pulang lewat pintu belakang, jadi tidak ada kontak dengan temennya. Jadi bener-bener belajarnya efektif. Nah tadikan 32 yang tidak diizinkan 6 jadi tetep ada kelas melalui virtual, 6 siswa itu. Tetap dilayani gurunya dari rumah," sambungnya.

Pantauan di ruang kelas, para siswa terpantau menggunakan masker sekaligus faceshield. Tri menyebut, pihak sekolah telah memberikan imbauan sebelum para siswa datang ke sekolah untuk memakai masker dan faceshield.

Sebagai catatan, hanya siswa kelas empat sampai enam saja yang bisa sekolah secara tatap muka. Selain itu, kegiatan belajar mengajar dibagi dalam dua sesi.

"Tapi dari rumah juga kita sudah ingatkan supaya siswa pakai masker dan faceshield. Dan tidak boleh berkerumun dengan temannya," beber Tri.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana mengatakan durasi pembelajaran tatap muka bakal dibatasi. Lalu hanya materi-materi esensial yang bakal disampaikan.

"Durasi belajar terbatas antara 3 sampai 4 jam," kata Nahdiana dalam keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).

Tak hanya itu, kelas di setiap jenjang hanya masuk sekolah satu kali dalam sepekan. Jumlah siswa yang hadir juga dibatasi dan sebagiannya akan melakukan pembelajaran daring atau online.

"Jumlah peserta didik terbatas dengan maksimal 50 persen dari daya tampung per kelas dan pengaturan jarak 1,5 meter antarsiswa," ujarnya.

Karena mekanisme yang digunakan adalah pembelajaran campuran daring-tatap muka, maka tak semua siswa bisa datang ke sekolah. Orang tua tetap memiliki peran untuk mempertimbangkan boleh atau tidaknya anak datang ke sekolah.

"Para orang tua tetap memiliki hak penuh untuk menentukan apakah anaknya diberikan izin untuk mengikuti pembelajaran campuran atau belajar dari rumah," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI