Suara.com - Jalur Pendakian di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) telah dibuka kembali. Kepala Balai Besar TNGGP Wahju Rudianto mengatakan saat ini pihaknya membatasi kapasitas masuk yakni 300 orang per hari.
"Sekarang 300 orang per hari. Lebih dari itu tidak kami keluarkan (izinkan) untuk mendaki," ujar Wahju di TNGGP, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (6/4/2021).
Wahju menyebut sebelum pandemi, kapasitas pendaki di TNGGP sebanyak 600 orang.
Namun saat ini kuota para pendaki di masa pandemi dibatasi yakni 300 orang per hari
Baca Juga: Kabar Baik Bagi Pendaki! Gunung Gede Pangrango Resmi Dibuka, Ini Syaratnya
"Kalau pengurangan pasti, karena kuotanya memang kita turunkan. Dari 600 orang jadi 300 per hari. Full bookingnya setiap hari libur atau weekend itu pasti full," tutur dia.
Adapun para pendaki bisa memesan tiket melalui online tiga hari sebelumnya.
Para pendaki dapat memesan tiket melalui situs resmi https://booking.gedepangrango.org/.
"Kami buka dengan cara sistem boking online. Bisa dari mana saja silahkan. Disitu nanti validasinya bisa real time.Bookingnya tiga hari sebelum pendakian. Disitu nanti verifikasi dan validasinya bisa langsung real-time termasuk pembayaran," tutur Wahju.
Meski sudah membuka kembali jalur pendakian, pihaknya menentukan waktu pendakian.
Baca Juga: Pendakian Gunung Gede Pangrango Dibuka Kembali 5 Maret
Hal tersebut untuk memudahkan pengawasan dan meningkatkan keselamatan para pendaki.
Yakni waktu pendakian dari mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 18.00 WIB.
"Penentuan jam pendaki kita mulai mendaki itu disiang hari dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, supaya memudahkan pengawasan kemudian meningkatkan keselamatan kenyamanan pendakian dan memudahkan kalau diperlukan evakuasi. Kita tidak perkenankan mendaki malam hari, hanya sampai pukul 18.00," ucap dia.
Wahju mengungkapkan pihaknya banyak menerima telepon dari orangtua para pendaki yang belum pulang ke rumah.
Karena itu TNGGP menerapkan sistem online untuk memudahkan pendataan keluar masuknya pendaki.
"Karena kita sering mendapatkan telepon dari keluarga pendaki yang menyampaikan bahwa anaknya belum pulang, sudah mendaki dari tanggal berapa bilang pulang," ucap Wahju.
"Selama data itu terecord oleh kita kita bisa sampaikan dan bisa cari kemana anaknya.
Karena ketahuan dari booking online dia mendaki dari mana dan mau keluar dari mana, jadi track nya lebih mudah untuk pencarian," sambungnya.
Tak hanya itu, Wahju meminta para pendaki untuk menjadi pendaki yang cerdas, bukan pendaki yang legal.
"Pendaki yang cerdas itu adalah pendaki yang bertanggung jawab, mendaki secara legal, karena tidak merugikan negara, jadi pemasukkan negara. Kemudian keselamatan jadi lebih terjamin semua datanya ada di kita," katanya menambahkan.