Suara.com - Arizal Kasta Miran, satu dari empat korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina kini bisa kembali berkumpul bersama keluarga. Selama disandera, Arizal merasa tidak tenang dan sengsara. Arizal bercerita mulanya ia bersama tiga orang lainnya hendak menarik pukat ikan pada 15 Januari 2020 pukul 19.00 WIB.
Tetiba sekelompok Abu Sayyaf naik ke kapal dan membuat panik.
Ia menyebut ada lima orang yang naik ke kapal dan dua orang lainnya tetap berada di kapal cepat atau boat.
"Jadi kami semua pada berhamburan pada lari semua kemana-mana dan disuruh jangan lari terus kami dikumpulin di depan semua," kata Rizal di Kantor Kementerian Luar Negeri, Senin (5/4/2021).
Baca Juga: Akhirnya! 4 WNI Korban Sandera Abu Sayyaf Kembali ke Keluarga
Satu jam kemudian, Arizal dan tiga orang lainnya di bawa ke pulau Setangkai di daerah Suluk. Mereka tiba di sana sekitar pukul 15.00 WIB.
Ia mengungkap selama disandera tidak ada penyiksaan secara fisik yang dialami. Tetapi ia tetap merasa tidak tenang. Sebab mereka jarang mendapatkan makanan, bahkan bisa sampai tiga hari tidak makan.
"Takut kena bom atau apa, emang sengsara betul lah kehidupan di sana. Kehidupan enggak kejamin, takut kenapa-kenapa kita di sana," tuturnya.
Nekat Kabur
Sebelum kembali ke pelukan keluarga, Arizal dan tiga orang lainnya sempat nekat untuk kabur. Mereka mendengar dari salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf kalau tawanan akan dipindahkan ke Pulau Tawi.
Baca Juga: Anak Asal Sulawesi Selamat dari Baku Tembak Antara Militer Filipina dan ASG
Saat dalam perjalanan di pagi hari, kapal yang mereka tumpangi itu terbalik karena dihantam ombak. Sontak empat WNI itu berusaha menyelamatkan diri.
Arizal dan tiga orang lainnya langsung menuju ke sebuah pulau terdekat dengan lokasi jatuhnya kapal.
"Berenang kami dari jam 9 sampai jam 4 sore dan jam 5 sore baru ada pertolongan," tuturnya.
Kekinian empat WNI tersebut sudah diserahkan kembali oleh pemerintah. Selain Arizal, terdapat pula Arsad Bin Dahlan (41), Khairudin dan Andi Riswanto (26). Mereka sama-sama berasal dari warga Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
"Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah pada pagi ini saya atas nama pemerintah Republik Indonesia menyerah terimakan empat saudara kita yaitu bapak Arsyad, bapak Arizal, bapak Riswanto, dan bapak Khairudin kepada keluarga," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam konferensi pers secara virtual, Senin.
"Saudara-saudara kita ini telah menjadi korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf selama 427 hari atau lebih dari 1 tahun 3 bulan," sambungnya.
Retno mengapresiasi kerja sama seluruh pihak terkait yang membantu proses pembebasan empat WNI tersebut. Adapun pihak yang membantu itu ialah dari TNI, Badan Intelijen Negara (BIN), serta Pemerintah Filipina melalui Western Mindanao Command (Westmincom).
Lebih lanjut, Retno menilai Indonesia mesti memperkuat aspek pencegahan, meningkatkan pengamanan di perairan Sabah oleh otoritas Malaysia, serta otoritas Filipina.
Selain itu, ia juga berharap ada peningkatan kewaspadaan oleh para nelayan tanah air yang bekerja di kapal milik Malaysia agar kejadian itu tidak berulang.
"Kita juga akan melakukan komunikasi yang lebih intensif kepada para pemilik kapal di Malaysia dan tentunya pengembangan ekonomi di daerah asal juga penting untuk terus dikembangkan."