Banjir Bandang Flores Timur, Pengiriman Bantuan Terkendala Cuaca

SiswantoBBC Suara.Com
Senin, 05 April 2021 | 10:15 WIB
Banjir Bandang Flores Timur, Pengiriman Bantuan Terkendala Cuaca
Banjir [BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Proses pengiriman bantuan untuk mencari dan mengevakuasi korban akibat banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Flores Timur, NTT, masih sulit dilakukan lantaran akses ke lokasi bencana terganggu hujan deras dan gelombang tinggi.

Banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu (04/04) dini hari, disebut seorang warga merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lokasi terdampak ada di empat kecamatan dan tujuh desa. Sampai pukul 17.30 WIB, tercatat sebanyak 41 orang meninggal dan puluhan lainnya dinyatakan masih hilang.

Proses pengiriman bantuan untuk pencarian korban maupun warga yang terdampak, masih sulit dilakukan lantaran akses ke pulau tersebut terganggu hujan deras dan gelombang tinggi, kata BNPB.

Baca Juga: Update Banjir Bandang NTT, 256 Orang Jadi Korban di Flores Timur

'Sampai pukul 17.30 WIB, 41 orang meninggal dunia'

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut hingga pukul 18.30 WIB korban jiwa akibat banjir bandang longsor di Kabupaten Flores Timur mencapai 41 orang.

Tapi angka itu, kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, masih akan terus berkembang karena dalam proses pendataan.

"Memang di awal sempat muncul data angka 44 orang meninggal yang didapat dari lapangan, namun setelah kami sampai di lapangan, kita verifikasi ulang, saat ini kami mendapatkan data 41 orang meninggal dunia," kata Raditya, Minggu (04/04).

Sementara korban luka-luka tercatat sembilan orang, serta 27 orang hilang, kata Raditya.

'Cuaca ekstrim, pengiriman logistik ke Pulau Adodara terkendala'

Raditya mengakui pengiriman bantuan logistik kepada korban yang terdampak banjir dan longsor, terkendala kondisi geografis.

Baca Juga: Banjir Bandang Flores Timur, 54 Warga Meninggal dan 5 Jembatan Putus

"Untuk mendapatkan aksestabilitas, terutama pulau-pulau kecil, menjadi tantangan kita di sana," katanya.

Karena cuaca ekstrim, bantuan logistik belum bisa dikirim melalui angkutan laut ke Pulau Adonara.

"Apakah nanti akan menggunakan pesawat atau heli, nanti akan kami sampaikan selanjutnya," ungkapnya.

Apakah alat-alat berat dapat dikirim ke lokasi?

Dia menambahkan, tantangan terberat lainnya adalah mengevakuasi dengan memanfaatkan alat-alat berat.

Ditanya apakah pemerintah sudah menetapkan status bencana di Flores Timur, Raditya mengatakan sejauh ini belum ada informasi tentang hal itu.

"Mungkin besok akan ditetapkan [statusnya], tapi kita lihat dulu perkembangannya," katanya.

Cerita warga di Kecamatan Adonara: 'Kami semua sangat panik'

Wenchy Tokan, seorang warga di Kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, mengatakan banjir bandang yang terjadi pada Minggu (04/04) dini hari membuat panik sebab warga tak sempat menyelamatkan diri.

Ia bercerita, hujan deras mulai turun pukul 23.00 WITA dan tak berselang lama banjir dari wilayah perbukitan sekitar Kecamatan Adonara Timur menghantam rumah-rumah yang berada di pesisir sungai.

Saat itu, katanya, mayoritas warga sedang tidur.

"Kami semua sangat-sangat panik. Bahkan kami temukan ada mayat ditemukan di luat masih di atas kasur, karena kebanyakan warga sedang tidur," imbuh Wenchy Tokan kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (04/04).

"Bangunan semua selesai (hancur) semua. Rumah permanen dan semi permanen, hanyut ke laut," sambungnya. Perkiraan Wenchy setidaknya 50 rumah hancur.

'Kami dalam kondisi terisolir'

Selain itu banjir bandang juga membuat dua jembatan dari beton yang menghubungan antar-desa juga terputus, ungkapnya. "Satu pembangkit listrik juga padam," tambahnya.

Karena itulah, warga di Kelurahan Waiwerang maupun Desa Waiburak "kini dalam kondisi terisolir", kata Wenchy.

Di wilayah ini, tim Basarnas mencatat tiga orang meninggal, empat orang luka-luka, dan lima dinyatakan hilang.

Pencarian korban meninggal maupun yang hilang, ujar Wenchy, dilakukan secara manual dengan sekop.

Adapun puluhan warga yang terdampak, lanjut Wenchy, kini diungsikan ke satu gedung sekolah dan sangat membutuhkan selimut serta susu untuk balita.

Sementara bantuan makanan dari pemda, belum sampai. "Untuk sementara ini warga datangkan penanak nasi, masak untuk pengungsi. Besok baru diatur untuk membuat dapur umum."

Berharap bantuan dari pemerintah pusat

Bupati Flores Timur, Anton Hadjon, mengatakan informasi bencana banjir bandang di empat kecamatan itu baru ia dapatkan sekitar pukul 08.00 WITA karena jaringan komunikasi yang terputus.

Sejak pagi hingga sore hari, katanya, pemda belum bisa mengirim alat berat untuk membantu proses pencarian dan pengiriman makanan kepada warga yang mengungsi di pulau tersebut.

Di lokasi terparah yakni di Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng, setidaknya ada 1.200 orang yang mengungsi di tiga lokasi yakni gedung gereja dan sekolah.

Namun karena putusnya jembatan penghubung dan akses jalan yang tertutup longsor, pendirian dapur umum masih terhambat.

Karena itulah, ia berharap ada "dukungan pemerintah pusat untuk penanganan para korban".

Ia berharap Senin (05/04) pengiriman alat berat maupun bahan makanan sudah bisa dikirim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI