Kisah Penguasa Parkir Liar: yang Bisa Kuasai Lahan, Itu yang Bisa Berdiri

Siswanto Suara.Com
Senin, 05 April 2021 | 07:00 WIB
Kisah Penguasa Parkir Liar: yang Bisa Kuasai Lahan, Itu yang Bisa Berdiri
Ilustrasi tempat parkir [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Jaga parkir itu harus sopan, tidak boleh ada paksaan. Itu yang kita tekankan ke anak-anak. Harus jaga sikap. Kalau mereka nggak bisa jaga sikap, kena sanksi dari beta.”

Jensen sering menegur anak buahnya yang tidak menerapkan sopan santun terhadap konsumen. Bahkan, dia pernah menjatuhkan sanksi lebih berat.

“Sanksinya entah tempeleng atau pukul, teguran itu sudah biasa,” kata Jensen.

Para penguasa parkir umumnya berprinsip menciptakan hubungan saling menguntungkan dengan pelanggan adalah nomor satu.

Itu sebabnya, Jensen kepada anak buahnya selalu mengatakan, “Kenyamanan pengunjung harus dijaga. Sikap itu kita tanamkan. Kalau mereka tidak patuhi tahu risiko.”

Penjaga parkir di bawah kelompok Jensen dilarang keras mengambil keuntungan pribadi dengan mencuri barang berharga yang ketinggalan di atas sepeda motor pelanggan.

“Kalau ada barang ketinggalan di motor harus diamankan dulu. Jangan sampai barang hilang. Kebanyakan yang sering ketinggalan di saku motor itu ponsel. Itu selalu kita amankan dan kita kembalikan. Itu harus dijaga kepercayaan seperti itu,” kata dia.

Itulah sebabnya, Jensen tidak sependapat dengan adanya anggapan bahwa penjaga lahan parkir pencipta keresahan.

“Tidak setuju. Karena bagaimanapun, kita jaga barang mereka (pelanggan), jaga motor mereka. Karena bagaimanapun kita juga ada etika yang kita jaga sekali.”

“Jangan sampai orang datang ke situ (tempat parkir) tidak nyaman. Milik siapapun harus dijaga. Berapapun kasih harus diterima.”

Baca Juga: Kisah Seorang Bodyguard: Nyawa Jadi Taruhannya

Hubungan antar kelompok penguasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI