Kisah Penguasa Parkir Liar: yang Bisa Kuasai Lahan, Itu yang Bisa Berdiri

Siswanto Suara.Com
Senin, 05 April 2021 | 07:00 WIB
Kisah Penguasa Parkir Liar: yang Bisa Kuasai Lahan, Itu yang Bisa Berdiri
Ilustrasi tempat parkir [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Beruntung, kejadian yang tak diinginkan dapat dihindari.

“Anak-anak yang jaga tidak tahu itu anggota, anak-anak ngotot dan adu mulut. Tapi akhirnya selesai dengan baik. Setelah kita bicara baik-baik, bisa diselesaikan.”

Risiko gesekan dengan kelompok lain di lapangan, bagi penguasa lahan parkir seperti Jensen, dianggap seimbang dengan yang diperjuangkan.

Dalam sebulan, penghasilan bersih yang didapat Jensen dari setoran anak buahnya rata-rata mencapai Rp7 juta.

Setiap penguasa lahan parkir biasanya berbeda-beda kultur. Ada di antara mereka yang rutin setoran ke pihak lain, ada juga yang tidak perlu setoran seperti kelompok Jensen.

“Paling kalau ada oknum datang kita siapkan rokok, kopi, itu pun jarang. Kalau mereka pas mau datang saja,” katanya.

Etika jaga parkir

Sejumlah penjaga parkir ilegal mendapat julukan preman dari sebagian anggota masyarakat. Tapi dalam pengertian sebagian penguasa parkir liar, barangkali yang dimaksud dengan preman adalah karena penjaga parkir liar berada di jalur pekerjaan non formal.

Tak sedikit di lapangan ditemukan penguasa tempat parkir yang menerapkan layanan dengan prinsip layanan terbaik kepada pelanggan, meskipun realitasnya mereka penyelenggaran perparkiran ilegal.

Dari aspek perilaku, dari pengalaman Jensen mengelola “anak-anak,” ketika bekerja harus selalu berperilaku sopan terhadap pemilik kendaraan.

Baca Juga: Kisah Seorang Bodyguard: Nyawa Jadi Taruhannya

Mereka tidak boleh memaksa pemilik kendaraan walaupun misalnya duit sewa parkir hanya setengahnya. Keributan dengan pelanggan sangat dihindari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI