Suara.com - Serangkaian aksi teror jelang Paskah terjadi di beberapa daerah sehingga memicu perdebatan dan sikap saling menyalahkan. Namun, bagaimana jika ternyata aksi bom bunuh diri itu justru bisa mempererat hubungan antarumat?
Tidak akan ada yang mengira aksi teror kembali menghantui masyarakat Indonesia. Kebahagiaan umat Kristiani yang baru saja selesai menjalani ibadah Misa Palma di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, terusik dan dirusak oleh aksi bom bunuh diri.
Setidaknya 20 jemaah menderita luka-luka. Orang-orang yang tidak berdosa kembali menjadi korban dari tindakan tafsir keagamaan yang sempit oleh pelaku LL dan EM.
Lalu sebenarnya siapa yang harus disalahkan? Siapa yang harus bertanggung jawab atas insiden yang berulang seperti ini?
Baca Juga: Hanya 309 Orang Bisa Ibadah Paskah di Gereja Katedral Jakarta
Terorisme adalah terorisme, ucap Romo Benny Susetyo. "Memang itu arahnya mau adu domba, tetapi dalam sejarah kita, teror itu tidak membuat retak hubungan antaragama, justru mempererat,” katanya kepada DW.
Tidak sedikit yang menyalahkan agama tertentu atas insiden akhir pekan lalu. Namun, bukankah sudah sepatutnya masyarakat Indonesia sadar dan paham bahwa terorisme adalah musuh semua orang?
"Mengapa dia ledakan di Katedral? Supaya mendapatkan perhatian internasional. Jadi kita jangan terjebak dengan mereka, jangan takut dan khawatir berlebihan, tetapi bagaimana kita sekarang sadar betul bahwa terorisme musuh kemanusiaan, musuh setiap agama, dan kita sekarang tidak boleh lagi multi tafsir,” tambah pastor pengusung gerakan moral bangsa itu.
Takdir Kosmas bertemu pelaku teror bom
Adalah Kosmas Balalembang, pengatur parkir di Gereja Katedral Makassar yang berjasa besar, dengan tegas menghadang motor pelaku serangan bom bunuh diri, agar tidak masuk ke areal gereja.
Baca Juga: Polisi Bersenjata Jaga Gereja di Karimun untuk Ibadah Paskah
Hari itu (28/03), Kosmas dihadapkan pada kejadian yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya.
Jika saja ketika itu dia tidak menghadang motor pelaku di depan gerbang gereja, kemungkinan besar insiden bom bunuh diri itu akan memakan lebih banyak korban.
Sebelumnya tidak ada yang mengenal sosok Kosmas, selain keluarga, teman, dan tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya.
Pria berusia 51 tahun itu berprofesi sebagai karyawan tata usaha di salah satu SMP Katolik di Makassar. Berdasarkan data yang telah dihimpun detikcom, bapak satu anak itu ditugaskan Gereja Katedral Makassar untuk membantu mengarahkan parkiran hingga menjaga keamanan tempat ibadah, setiap hari mulai pukul 16.00 hingga 20.00 WITA.
Dia dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab selama menjalankan tugasnya.
Pujian dan dukungan dari pejabat tinggi hingga masyarakat umum mengalir untuk aksi heroik yang telah dilakukan Kosmas.
Berkat nyalinya, ratusan jemaah yang masih berada di dalam gedung dan sejumlah jemaah lainnya di area luar gedung terselamatkan.
Namun, akibat aksinya menghadang pelaku teror bom itu, Kosmas harus mengalami luka bakar yang cukup serius di bagian tangan dan badan.
Kondisi terkini mengungkapkan lukanya berangsur pulih, tetapi masih membutuhkan perawatan intensif.
Peribahasa "apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai” sesuai menggambarkan kondisi Kosmas saat ini.
Atas jasanya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menawarkan anak Kosmas untuk menjadi polisi sebagai bentuk apresiasi karena telah melarang pasutri bomber masuk ke area dalam gereja.
"Iya (anak laki-laki Kosmas ditawari Kapolri menjadi polisi). Itu sebagai apresiasi Kapolri terhadap keberanian Pak Kosmas,” ujar Kapolda Sulsel Irjen Merdisyam (31/03).
"Kalau saja tidak ada orang seperti Pak Kosmas itu ceritanya akan berbeda.”
Semoga damai menyertai semua umat Luka dan trauma yang ditimbulkan bisa jadi sulit atau bahkan hilang dari pikiran para penyintas.
Keinginan umat Kristen di seluruh Indonesia untuk merayakan hari Jumat Agung (02/04) sedikit banyak terpengaruh kejadian di Makassar.
Namun, pemerintah memastikan akan memberikan pengamanan terbaik untuk mengantisipasi aksi teror lanjutan.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol E. Zulpan mengatakan pengamanan pada hari raya Paskah telah ditingkatkan dan melibatkan pasukan gabungan dari Polri, TNI, serta dibantu ormas setempat.
"Untuk Kota Makassar khususnya Katedral yang kemarin (28/03) terjadi insiden peledakan bunuh diri juga tetap melaksanakan ibadah Paskah. Jadi tidak ada penutupan,” ungkapnya saat dihubungi DW hari Kamis (01/04).
Pastur Gereja Katedral, Wilhelmus Tulak, memastikan kegiatan ibadah besok (02/04) akan tetap berlangsung.
"Bahwa perayaan pekan suci yang memuncak pada malam Paskah yaitu hari Sabtu malam (03/04) dan hari Paskah, Minggu (04/04) akan tetap jalan sesuai dengan rencana.”
Romo Benny juga mengimbau bagi siapapun yang akan merayakan hari Paskah untuk tidak cemas beribadah di gereja.
"Umat Kristiani tidak perlu takut dan khawatir. Tidak perlu takut, jalani kegiatan-kegiatan seperti biasa. Jangan takut, jangan khawatir, Tuhan beserta kita.” (ha/na/as)