Situasi Memburuk, Pemerintah AS Tarik Diplomat dari Myanmar

Kamis, 01 April 2021 | 18:29 WIB
Situasi Memburuk, Pemerintah AS Tarik Diplomat dari Myanmar
Seorang suster Katolik bernama Nu Thawng dari ordo Saint Francis Xavier, kekinian menjadi ikon perlawanan rakyat Myanmar terhadap junta militer. Itu setelah fotonya berlutut agar militer tak menembaki demonstran viral di dunia. [Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat memerintahkan diplomat mereka di Myanmar untuk segera kembali ke AS karena situasi tak kunjung membaik setelah kudeta militer 1 Februari.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan sedang memerintahkan keberangkatan 'pegawai pemerintah AS non-darurat dan anggota keluarga mereka'.

Keputusan itu diambil untuk melindungi keselamatan dan keamanan staf dan keluarga mereka, kata Departemen Luar Negeri, seperti yang dilaporkan France24, Rabu (31/03).

Sebelumnya, komunitas dunia telah berulang kali mengutuk tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat dan memukul kader junta dengan berbagai sanksi.

Baca Juga: 510 Demonstran Dibunuh, 3 Kelompok Gerilyawan Gabung Lawan Junta Myanmar

Tapi tekanan itu tidak mempengaruhi para jenderal, terbukti pada hari Sabtu yang bertepatan dengan Hari Angkatan Bersenjata di Myanmar, korban jiwa kembali berjatuhan.

Polisi anti huru hara memblokir jalan ketika pengunjuk rasa berkumpul untuk demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). [YE AUNG THU / AFP]
Polisi anti huru hara memblokir jalan ketika pengunjuk rasa berkumpul untuk demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). [YE AUNG THU / AFP]

Kali ini jumlahnya sangat besar, mencapai 107 orang tewas dan disebut sebagai hari paling berdarah di negeri itu.

Pada hari Senin, polisi Myanmar membubarkan pelayat saat upacara pemakaman Thae Maung Maung berlangsung. Menyadur Insider Senin (29/03) aksi itu melukai beberapa pengunjung yang tak sempat menyelamatkan diri.

Thae Maung Maung adalah salah satu domenstran yang tewas di tangan aparat kala mempertahankan demokrasi di tanah kelahirannya. Pria 20 tahun ini meninggal hari Minggu (28/03).

Teman dan keluarga sedang berkumpul untuk upacara pemakamannya di kota Bago, dekat Yangon, ketika aparat mulai meletuskan tembakan untuk membubarkan para pelayat.

Baca Juga: India Siap Merawat Pengungsi Myanmar yang Terluka

"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembak kami," kata pelayat bernama Aye. "Orang-orang lari saat mereka melepaskan tembakan."

AP melaporkan bahwa pemakaman kini menjadi titik baru dalam protes Myanmar seperti yang terjadi pada upacara kematian Shwe Myint, demonstran yang ditembak mati oleh polisi pada hari Sabtu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI