Suara.com - Setelah selesai menjalani autopsi di RS Polri Kramatjati, sekitar pukul 00.42 WIB, jenazah terduga teroris Zakiah Aini (25), dimakamkan keluarganya di Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur, pada Kamis (1/4/2021), dini hari.
Zakiah merupakan seorang perempuan yang ditembak mati oleh polisi karena dianggap menjadi ancaman ketika memasuki kawasan Mabes Polri, Rabu (31/3/2021).
Bagaimana suasana pemakaman jenazah Zakiah dini hari tadi, jurnalis Suara.com menemui petugas penggali liang lahat bernama Japit untuk mendapatkan cerita.
Japit tidak hafal siapa saja yang ikut mengantarkan jenazah ketika masuk ke liang lahat. Tetapi dia yakin salah satunya ibu dari Zakiah.
Baca Juga: Surat Wasiat ZA, Yusuf Dumdum: Akibat Ceramah Tersangka Chat Mesum
“Pastinya sedih, ibunya matanya sampai merah, mukanya sedih,” kata Japit.
“Ibunya ada, yang lain saya tidak jelas ya, tapi sepertinya keluarganya.”
Selain anggota keluarga, pemakaman tersebut juga disaksikan sejumlah anggota polisi, anggota TNI, dan Satpol PP.
Proses pemakaman dilakukan seperti pada umumnya. Setelah jenazah diturunkan ke liang lahat, kerabat almarhumah mengumandangkan azan.
Japit mengatakan proses pemakaman berlangsung lancar. Japit dan teman-temannya sudah terbiasa memakamkan jenazah pada malam hari, terutama semenjak pandemi.
Baca Juga: Polisi Bakal Keliling, Jemaat Gereja Dilarang Bawa Tas saat Ibadah Paskah
“Alhamdulillah meski keadaan gelap tidak ada kesulitan, kan kemarin-kemarin kami juga memakamkan jenazah Covid-19 ada juga yang malam hari,” kata Japit.
Dia bersyukur semenjak penggalian liang lahat pada Rabu jam 19.00 WIB sampai jam 22.00 WIB hingga waktu pemakaman jenazah Kamis dini hari, cuaca tidak hujan, padahal sore harinya di sejumlah daerah di Jakarta hujan deras.
Proses pemakaman melibatkan 10 petugas TPU Pondok Rangon.
Pemakaman berlangsung sekitar satu jam, dari jam 01.00 WIB hingga jam 02.00 WIB.
Cerita pagi hari sebelum penembakan
Pada Rabu (31/3/2021), sekitar jam 08.30 WIB, Zakiah pamit kepada ibunya untuk pergi.
"Mah, saya mau keluar sebentar," kata Zakiah kepada mamanya. Ucapan Zakiah ini diceritakan oleh Kasdi, ketua RT tempat tinggal keluarga Zakiah di Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur.
Zakiah tidak menjelaskan hendak pergi kemana.
Sampai memasuki waktu Maghrib, keluarga tidak tahu kabar Zakiah. Karena khawatir, keluarga hendak melapor ke kantor polisi.
Beberapa jam sebelum Maghrib tiba, seorang perempuan berkerudung memasuki gerbang bagian belakang Mabes Polri, Jakarta Selatan, dan kemudian mendatangi pos polisi.
Dia sempat meninggalkan pos polisi itu, tetapi kemudian kembali lagi dan melepaskan tembakan.
Sesaat kemudian, polisi melumpuhkannya dengan senjata api. Video peristiwa itu viral dan menjadi rujukan media massa.
Kabar Zakiah meninggal dunia setelah ditembak polisi akhirnya sampai ke rumahnya.
"Ya kagetlah pasti pas mendengar kabar. Apalagi ketika polisi datang ke sini," kata Kasdi.
Penembakan terhadap Zakiah terjadi beberapa hari setelah terjadi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar dan disusul penangkapan terhadap belasan terduga teroris di berbagai daerah.
Sikap Istana terhadap aksi teror
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan tidak ada tempat untuk bersembunyi bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aksi terorisme di Indonesia.
"Seluruhnya akan dibongkar. Upaya penegakan hukum akan dilaksanakan dengan tegas, adil dan seefektif mungkin," katanya dalam pernyataan tertulis untuk menanggapi teror di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) dan Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021).
Aparat akan membongkar sel teroris hingga ke akar-akarnya, termasuk melalui pendekatan hard approach, kata Moeldoko.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kepala BIN Budi Gunawan untuk meningkatkan kewaspadaan untuk memastikan keamanan seluruh rakyat Indonesia.
"Sebagaimana telah ditegaskan Presiden, tidak ada tempat bagi terorisme di Tanah Air. Presiden juga telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Panglima TNI, dan Kepala Badan Intelijen Negara untuk saling berkoordinasi dan meningkatkan kewaspadaan. Hal demikian dilakukan untuk menjamin bahwa negara hadir untuk memastikan keamanan seluruh rakyat Indonesia dari rasa takut," kata Moeldoko.
Terorisme adalah musuh bersama seluruh rakyat Indonesia dan Moeldoko mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk saling menjaga satu sama lain, tetap waspada dan tenang, serta membantu aparat penegak hukum bila memiliki informasi maupun keterangan terkait aksi terorisme.
Moeldoko menegaskan terorisme itu nyata dan berbahaya.
Dia mengimbau semua pihak untuk menghentikan opini yang menyebutkan terorisme sebagai konspirasi.
"Ancaman terorisme adalah nyata, dekat, dan berbahaya, sehingga diimbau untuk menghentikan opini-opini konspirasi yang tidak berdasar, tidak bertanggung jawab dan justru memperkeruh situasi," tutur dia.