Suara.com - Konsep Istana Negara Garuda di Kalimantan, tempat Ibu Kota baru yang diwujudkan dalam bentuk bangunan menyerupai burung garuda tersebut mendapat kritikan dari banyak pihak. Tak hanya karena desainnya yang dinilai kurang progresif, konsep tersebut juga dinilai kurang ramah lingkungan.
Meski demikian, ternyata terdapat filosofi yang mendalam pada desain tersebut. Lalu bagaimana filosofi yang dimaksud? Siapa yang mencetuskan konsep dan perancang desain ini? Dan apa pula kritikan yang masuk ke pemerintah terkait konsep Istana Negara Garuda?
Sebenarnya, filosofi dari bentuk dan citra garuda yang nampak pada konsep bangunan tersebut adalah cerminan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan negara yang kuat. Selain itu, desain tersebut juga ingin menyampaikan pesan Bhineka Tunggal Ika, yang selalu terhubung, aktif, dan mudah diakses.
Baca Juga: Viral Kritik Desain Istana Negara di IKN, Asosiasi Arsitek Angkat Suara
Meski demikian ternyata cukup banyak pihak yang kurang setuju dengan desain konsep dan filosofi tersebut. Di antaranya adalah kalangan arsitek dan pemerhati desain bangunan.
Siapa Perancang Desain Istana Negara Garuda?
Nama Nyoman Nuarta, yang merupakan seorang pematung yang cukup terkenal di Bali menjadi orang dibalik desain tersebut. Desain ini dianggap paling mendekati dengan keinginan pemerintah dalam membangun istana negara yang baru.
Namun demikian, desain tersebut masih merupakan konsep awal yang memerlukan banyak perbaikan dan koreksi. Jadi masyarakat diharapkan tidak buru-buru mencela, karena desain final untuk dieksekusi baru akan ditentukan pada bulan Agustus mendatang.
Kritik dari Berbagai Pihak
Baca Juga: 5 Asosiasi Kritik Desain Istana Negara Bentuk Garuda di Ibu Kota Baru
Kritik datang dari berbagai pihak, termasuk Ikatan Arsitek Indonesia. Pihaknya menyatakan bahwa bangunan istana negara dengan desain garuda ini justru tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa dan kurang sesuai dengan perkembangan era digital saat ini.
Seharusnya desain ikon negara memberikan kesan progresif, pembangunan berkelanjutan, serta modernitas, namun tanpa kehilangan identitas bangsa.
Dari Green Building Council Indonesia, Ahli Rancang Kota Indonesia, Ikatan Arsitan Landskap Indonesia, serta Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota, kritik yang dilayangkan terbagi menjadi 3 poin.
- Pertama, desain tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai desain istana negara, namun menjadi bangunan monumen yang dilteakkan di titik strategis dan dilepaskan dari fungsi istana negara.
- Usul bahwa desain yang akan digunakan disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang disepakati.
- Terkait pembangunan ibu kota negara, tidak harus dimulai dengan bangunan gedung namun bisa mulai pembangunan Tugu Nol, yang ditandai dengan pembangunan lanskap hutan hujan tropis.
Konsep Istana Negara Garuda ini memang belum final, dan ada baiknya juga ketika mendapat kritik dan masukan dari berbagai pihak. Artinya, banyak orang yang peduli dan ingin agar hasil dari pembangunan benar-benar memuaskan. Kita nantikan saja bagaima perkembangan isu ini selanjutnya.
Kontributor : I Made Rendika Ardian