Isu Operasi Intelijen di Balik Bom Makassar, KSP: Stop Opini Konspirasi

Selasa, 30 Maret 2021 | 18:48 WIB
Isu Operasi Intelijen di Balik Bom Makassar, KSP: Stop Opini Konspirasi
Deputi V Kantor Staf Presiden, Jaleswari Pramodhawardani. (antara).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani mengimbau semua pihak untuk memberikan kepercayaan kepada aparat kepolisian untuk membongkar jaringan terorisme. Hal ini menyusul peristiwa ledakan bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/3/2021).

"Percayakan penyidikan untuk membongkar sel teror ke kepolisian," ujar Jaleswari saat dikonfirmasi Suara.com, Selasa (30/3/2021).

Pernyataan Jaleswari menanggapi tudingan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan Enam Laskar FPI (TP3) Abdullah Hehamahua yang menyebut ada operasi intelijen di balik peristiwa bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Jaleswari menegaskan aksi teror di Indonesia adalah nyata.

"Aksi teror di Indonesia nyata, tercatat 552 serangan teror pada 2000-2021, sebagian besar berhasil dibongkar oleh kepolisian antara lain juga melalui mekanisme pengadilan yang terbuka," ucap dia.

Baca Juga: Daftar Teror Bom di Indonesia, Bom Gereja Makassar Aksi Teror ke-552

Karena itu, Jaleswari meminta semua pihak termasuk TP3 untuk menghentikan opini konspirasi yang justru dapat melemahkan upaya pemerintah bersama-sama memerangi terorisme di Indonesia.

"Hentikan pembentukan opini-opini konspirasi yang justru akan melemahkan upaya-upaya kita untuk bersama-sama memerangi teror," katanya.

Sebelumnya, Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan Enam Laskar FPI (TP3) Abdullah Hehamahua menuding ada operasi intelijen di balik peristiwa bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.

Pernyataan itu diucapkan Abdullah untuk menanggapi ditangkapnya terduga teroris dengan kepemilikan barang bukti berupa atribut FPI, yang kekinian ditetapkan sebagai ormas terlarang.

"Kami sudah tahu soal itu lah, dari zaman Orba sampai sekarang. Kalau Anda mau yakin, baca disertasi Dr Busyro Muqoddas tentang operasi intelijen. Semua itu adalah operasi intelijen untuk mengalihkan perhatian soal TP3. Mengalihkan perhatian soal HRS, maka ada bom," kata Abdullah di kompleks DPR, Selasa (30/3).

Baca Juga: Indeks Demokrasi Indonesia Peringkat 64, KSP: Belum Sempurna

Abdullah mendasarkan tuduhan tersebut pada gerak cepat polisi meringkus para terduga teroris, yang dianggap berafiliasi dengan pelaku bom bunuh diri Makassar.

Dia kemudian membandingkan dengan lamanya penanganan kasus kematian enam Laskar FPI yang ditembak polisi.

"Coba Anda perhatikan, bom pagi, siang ditangkap. Sementara enam orang dibunuh (laskar FPI), sudah berapa bulan tidak tahu siapa pembunuhnya. Itu bukti operasi intelijen," kata Abdullah.

Untuk diketahui, kehadiran mantan penasihat KPK itu di DPR guna bertemu Fraksi PKS. TP3 hendak menyampaikan tuntutan kepada DPR terkait kasus kematian enam Laskar FPI.

Sejumlah barang bukti yang disita dari terduga teroris di Jakarta Timur dan Bekasi, pascaaksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar Sulsel, mengandung unsur ormas terlarang FPI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI