Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Belasan Demonstran Ditembak Mati

Erick TanjungBBC Suara.Com
Sabtu, 27 Maret 2021 | 18:53 WIB
Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Belasan Demonstran Ditembak Mati
Sebanyak 16 orang dikabarkan ditembak mati dalam demonstrasi yang digelar di Yangon dan sejumlah kota lain di tengah peringatan Hari Angkatan Bersenjata. (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setidaknya 16 orang dikabarkan ditembak mati dalam demonstrasi yang digelar di Yangon dan sejumlah kota lain di tengah peringatan Hari Angkatan Bersenjata.

Pemimpin kudeta Min Aung Hlaing mengatakan dalam pidato TV nasional pada hari Sabtu bahwa dia akan "menjaga demokrasi" dan menjanjikan pemilihan umum, tanpa menyebutkan jadwal pastinya.

Lebih dari 320 orang tewas dalam gelombang protes yang digelar warga Myanmar sejak kudeta 1 Februari.

TV pemerintah memperingatkan dalam siaran terpisah pada hari Jumat bahwa orang-orang "harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya, bahwa Anda bisa berada dalam bahaya ditembak di bagian kepala dan punggung".

Baca Juga: Demo Kian Memanas, 96 Orang WNI Putuskan Tinggalkan Myanmar

Respon Pemimpin Kudeta

"Tentara berusaha untuk bergandengan tangan dengan seluruh bangsa untuk menjaga demokrasi," kata Min Aung Hlaing dalam siaran langsungnya pada hari Sabtu.

"Tindakan kekerasan yang mempengaruhi stabilitas dan keamanan untuk menyuarakan tuntutan itu tidak pantas."

Dia menambahkan bahwa tentara harus merebut kekuasaan karena "tindakan melanggar hukum" yang dilakukan pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi.

Namun, dia tidak secara spesifik mengatakan bahwa militer telah diberi perintah untuk menembak dan membunuh demonstran.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Aksi Protes Massa Gagal Raih Solidaritas Global

Junta sebelumnya mengklaim bahwa penembakan berasal dari kalangan pengunjuk rasa.

Hari Angkatan Bersenjata di Myanmar adalah peringatan dimulainya perlawanan militer Myanmar terhadap pendudukan Jepang pada tahun 1945.

Pawai biasanya dihadiri oleh pejabat dari negara lain.

Namun, tampaknya Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Alexander Formin, adalah satu-satunya pejabat asing di sana.

"Rusia adalah teman sejati," tambah Min Aung Hlaing.

AS, Inggris, dan Uni Eropa semuanya telah menjatuhkan sanksi sebagai tanggapan atas kudeta militer Myanmar.

Sementara itu, hubungan pertahanan Myanmar dan Rusia telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.

Moskow telah memberikan pelatihan kepada ribuan tentara Myanmar dan telah menjual senjata kepada militer negara itu.

Aktivis anti-kudeta menyerukan demonstrasi besar-besaran pada hari Sabtu, meskipun militer mengancam untuk menggunakan kekuatan mematikan terhadap mereka.

Polisi berusaha mencegah demonstrasi, khususnya di Yangon.

Sedikitnya 16 orang tewas oleh pasukan keamanan, sebagaimana dilaporkan media lokal, empat dari mereka berada di luar kantor polisi di pinggiran kota Dala, Yangon.

Para pengunjuk rasa juga berada di jalan-jalan kota terbesar kedua Mandalay, membawa bendera partai Suu Kyi dan menunjukkan penghormatan tiga jari.

Seorang wartawan mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa polisi menggunakan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa di kota Lashio di timur laut.

Dr Sasa, juru bicara kelompok anti-junta CRPH, mengatakan kepada Reuters: "Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata, para jenderal militer merayakan Hari Angkatan Bersenjata setelah mereka membunuh lebih dari 300 warga sipil tak berdosa."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI