Suara.com - Satu sekolah di Inggris menjadi sasaran aksi demo, setelah seorang guru menunjukkan foto Nabi Muhammad saat pelajaran agama di kelas.
Menyadur Sky News, Jumat (26/3/2021) lusinan orang, termasuk para orang tua, berkumpul di luar Batley Grammar School di West Yorkshire pada Kamis pagi waktu setempat untuk berdemonstrasi.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan para demonstran yang mengenakan masker berkerumun di sekitar gerbang sekolah.
Para demonstran menggelar aksi setelah mendapat laporan jika seorang guru di sekolah tersebut menunjukkan foto Nabi Muhammad saat sesi pelajaran agama.
Baca Juga: Agen Rahasia Inggris Terlibat Kejahatan Perang Nazi, Anak Klaim Punya Bukti
Salah satu orang tua di sekolah tersebut mengatakan foto tersebut diambil dari Charlie Hebdo, salah satu majalah satir Prancis.
Foto Nabi Muhammad tersebut diperlihatkan kepada siswa saat pelajaran pada 22 Maret, menurut sebuah surat kepada orang tua yang dilihat oleh Sky News.
Atas insiden tersebut, Gary Kibble, selaku kepala sekolah menyampaikan permintaan maaf dan mengakui jika foto tersebut sangat tidak pantas.
"Sekolah dengan tegas meminta maaf karena menggunakan gambar yang sama sekali tidak pantas dalam pelajaran pelajaran agama baru-baru ini. Seharusnya tidak digunakan," ujar Gary Kibble.
"Penting bagi anak-anak untuk belajar tentang keyakinan dan kepercayaan, tetapi ini harus dilakukan dengan cara yang penuh hormat dan sensitif," sambungnya.
Baca Juga: Cetak Gol Debut di Timnas Inggris, Ollie Watkins: Seperti Terbang ke Bulan!
Gary juga mengungkapkan jika seorang anggota staf di sekolahnya telah ditangguhkan menunggu penyelidikan formal independen.
Aksi demonstrasi tersebut justru mendapat kecaman dari Departemen Pendidikan Inggris (DfE) yang menyebutkan tidak dibernarkan untuk mengancam seorang guru.
"Tidak pernah dapat diterima untuk mengancam atau mengintimidasi guru. Kami mendorong dialog antara orang tua dan sekolah ketika masalah muncul," jelas juru bicara DfE pada Kamis malam.
"Sekolah bebas untuk memasukkan berbagai masalah, ide, dan materi dalam kurikulum mereka, termasuk di mana mereka menantang atau kontroversial, tunduk pada kewajiban mereka untuk memastikan keseimbangan politik.
"Mereka harus menyeimbangkan ini dengan kebutuhan untuk mempromosikan rasa hormat dan toleransi antara orang-orang yang berbeda keyakinan, termasuk dalam memutuskan materi mana yang akan digunakan di kelas." jelasnya.
Yunus Lunat, seorang anggota eksekutif Masyarakat Kesejahteraan Muslim India di Batley, mengatakan kepada Sky News bahwa menurutnya guru itu "menyimpang" dan mencoba "memprovokasi".
"Mereka berbicara tentang kebebasan berekspresi, tetapi saya mempertanyakan hubungan kebebasan berekspresi dengan pelajaran," katanya.
"Anda tidak akan pernah melihat gambar Nabi Muhammad di masjid kami, di masjid mana pun di dunia. Itu tidak dapat diterima." sambungnya.
Lunat mengatakan dia juga khawatir jika permasalahan tersebut mungkin "dibajak" oleh orang-orang yang tidak terkait langsung dengan sekolah.