Suara.com - Seorang gadis berusia tujuh tahun tewas ditembak oleh aparat keamanan di Myanmar. Dia menjadi korban termuda yang diketahui dalam tindakan keras aparat terhadap pengunjuk rasa menyusul kudeta militer bulan lalu, menurut warga setempat.
Anggota keluarganya mengatakan gadis itu tewas di rumahnya di kota Mandalay.
Myanmar dilanda gelombang unjuk rasa sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari.
Kelompok hak asasi Save the Children mengatakan lebih dari 20 anak termasuk dalam puluhan orang yang telah tewas.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Aksi Protes Massa Gagal Raih Solidaritas Global
- Wartawan BBC di Myanmar yang ditangkap telah dibebaskan
- Kisah-kisah pengorbanan dan ketakutan dari jalanan Myanmar: 'Tolong rawat bayi kami, jika saya mati'
- Puluhan anggota parlemen Malaysia serukan keanggotaan Myanmar di ASEAN dibekukan, bagaimana sikap DPR RI?
Secara total, militer mengatakan 164 orang telah tewas dalam unjuk rasa, sedangkan kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) menyebutkan jumlah korban tewas sedikitnya 261.
Sebelumnya, militer pada Selasa (24/03) menyatakan kesedihan atas kematian para pengunjuk rasa, tetapi menyalahkan mereka karena membuat anarki di negara itu. Seorang juru bicara militer mengatakan para demonstran anti-kudeta bertanggung jawab atas tindakan kekerasan dan pembakaran.
Staf di layanan pemakaman Mandalay berkata kepada kantor berita Reuters bahwa anak berusia tujuh tahun itu meninggal karena luka tembak di kota Chan Mya Thazi.
Media lokal Myanmar Now melaporkan bahwa tentara menembak ke arah ayahnya, tetapi mengenai gadis itu yang duduk di pangkuannya.
Identitas sang anak diketahui sebagai Khin Myo Chit. Pekerja bantuan mengatakan tim penyelamat bergegas untuk memberikan perawatan medis, tetapi mereka tidak dapat menyelamatkan nyawanya.
Baca Juga: Pakar Sebut Myanmar Menyerap Pelajaran yang Salah dari Indonesia
Anggota keluarga mengatakan kakak laki-laki sang gadis yang berusia 19 tahun juga ditangkap.
Militer belum mengomentari laporan tersebut.
Dalam pernyataan pers, Save the Children mengatakan mereka merasa "ngeri" dengan kematian anak gadis itu, yang terjadi sehari setelah seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dilaporkan tewas ditembak di Mandalay.
"Kematian anak-anak ini sangat memprihatinkan, mengingat mereka dilaporkan dibunuh saat berada di rumah, tempat mereka seharusnya aman dari bahaya.
"Fakta bahwa begitu banyak anak tewas hampir setiap hari sekarang menunjukkan pengabaian sama sekali terhadap nyawa manusia oleh pasukan keamanan," kata organisasi itu.