Kudeta Myanmar: Aksi Protes Massa Gagal Raih Solidaritas Global

SiswantoBBC Suara.Com
Selasa, 23 Maret 2021 | 11:11 WIB
Kudeta Myanmar: Aksi Protes Massa Gagal Raih Solidaritas Global
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sanksi Uni Eropa dan AS terhadap militer Myanmar tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa gerakan demokrasi di negara ini gagal menggalang dukungan internasional.

Sejak militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari, negara tersebut telah menyaksikan aksi protes massal yang menuntut pemulihan pemerintah sipil dan pembebasan tahanan politik.

Meski situasi bergejolak, perkembangan di Myanmar sejauh ini tidak mendominasi agenda diplomatik internasional.

Sejauh yang diketahui publik, peristiwa di Myanmar bukanlah bagian dari pertemuan AS-Cina baru-baru ini, pembicaraan tingkat tinggi pertama antara kedua belah pihak sejak Presiden Joe Biden menjabat.

Namun, menurut para ahli di Institut Perdamaian Amerika Serikat, sebuah badan non-partisan Kongres AS, Myanmar akan memberikan "kesempatan unik" untuk kerja sama antara dua kekuatan global.

"Myanmar mungkin memberikan kesempatan unik bagi kedua kekuatan - yang sangat bertentangan - untuk mengatasi bersama-sama krisis internasional yang berkembang yang menyebar dari Myanmar."

Namun pada pertemuan di Alaska, diplomat top Cina, Yang Jiechi, menyerukan kepada AS untuk "berhenti memajukan (gagasan) demokrasinya sendiri di seluruh dunia."

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tindakan bersama Washington dan Beijing untuk menyelesaikan krisis di Myanmar adalah hal mustahil.

DK PBB mengirimkan sinyal

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Kisah-kisah Pengorbanan dan Ketakutan dari Jalanan

Dewan Keamanan PBB pada 10 Maret berhasil mengeluarkan resolusi yang mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai di Myanmar dan berjanji "terus mendukung transisi demokrasi" di negara itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI