Suara.com - Denim - kain katun yang dulu digunakan untuk karung tinju favorit para leluhur India, dan secara rutin selalu disalahkan atas degradasi moral kaum muda - kembali menjadi berita.
Baru-baru ini, yang terganggu oleh jeans (celana berbahan denim) adalah Tirath Singh Rawat, Menteri Utama negara bagian Uttarakhand, India, yang baru dilantik.
Awal pekan ini, dia menyalahkan "jeans robek" sebagai penyebab atas semua penyakit yang diderita kaum muda.
Berbicara dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh Komisi Negara untuk Perlindungan Hak Anak, Singh Rawat mengkritik seorang perempuan -tidak disebutkan namanya- yang ditemuinya dalam penerbangan.
Baca Juga: Sengaja Dibuat Sobek di Area Ini, Viral Desain Celana Jeans Bikin Syok
Perempuan itu, kata Rawat, bepergian dengan dua anak sambil "mengenakan sepatu bot, celana jeans robek di lutut, dan memiliki beberapa gelang di lengannya".
"Anda menjalankan LSM, bergerak dalam masyarakat, tapi mengenakan jeans yang sobek, anak-anak bersama Anda, nilai-nilai apa yang akan Anda ajarkan?" Rawat bertanya.
Anggota nasionalis Hindu dari Partai Bharatiya Janata itu kemudian menggambarkan jeans robek sebagai pakaian yang menyebabkan dan merupakan gejala dari kerusakan moral.
Rawat juga mengkritik orang tua karena mengizinkan anak-anak mereka, terutama perempuan, untuk memakainya.
- Gunakan teknologi laser, kini sepotong celana Levi's bisa diproduksi dalam 90 detik
- Malam pertama: Kisah pernikahan para perempuan yang hancur karena 'tidak perawan'
- Kisah transgender Pakistan, dipukuli hingga meninggal di Arab Saudi
Kepala menteri dari Uttarakhand itu mengecam orang India karena "tengah berlari menuju ketelanjangan" dan mengklaim bahwa "ketika orang-orang di India mengenakan jeans robek, orang-orang di luar negeri menutupi tubuh mereka dengan benar dan melakukan yoga".
Baca Juga: Pakai Celana Jeans Sobek Nggak Wajar, Pria Ini Heran Jadi Pusat Perhatian
Komentar Rawat menarik kecaman luas di India.
Partai oposisi Kongres mengeluarkan pernyataan yang memintanya untuk "meminta maaf kepada semua perempuan India" - atau mengundurkan diri.
Pada hari Kamis, pemimpin senior partai oposisi Priyanka Gandhi Vadra membagikan foto-foto Perdana Menteri Narendra Modi dan salah satu rekan kabinetnya yang "berlutut":
https://twitter.com/priyankagandhi/status/1372559046625038338
Kepala Komisi Perempuan Delhi, Swati Maliwal, melalui Twitternya, menuduh Rawat telah "menyebarkan kebencian terhadap perempuan":
https://twitter.com/SwatiJaiHind/status/1372430950735380482
Dalam twit Hindi, Maliwal menunjukkan bahwa masalahnya tidak hanya tentang apa yang dikatakan tetapi juga cara Rawat mengatakannya - Maliwal mengatakan Rawat telah mengaku "memandang perempuan itu dari atas ke bawah".
Ucapan Rawat juga memicu badai cekaman di Twitter oleh ribuan perempuan India - dan beberapa pria - yang membagikan foto mereka mengenakan jeans robek. Dari tagar #RippedJeansTwitter hingga #RippedJeans menjadi tren selama berjam-jam.
https://twitter.com/DeekshaNRaut/status/1372231138404630529
https://twitter.com/IamBhumikaC/status/1372240710607331330
Beberapa menyebut Rawat di akun Twitter mereka; dan beberapa menasihatinya untuk mengkhawatirkan hal-hal yang lebih penting seperti "ekonomi yang rusak" dan "keselamatan perempuan":
https://twitter.com/LavanyaBallal/status/1372144429012639746
Pada hari Jumat, Rawat mengucapkan permintaan maaf - dia menyesal jika komentarnya menyakiti siapa pun. Rawat mengatakan niatnya bukan untuk menunjukkan rasa tidak hormat kepada siapa pun dan menegaskan semua orang bebas mengenakan apa yang mereka pilih.
Dia bukan satu-satunya politisi India yang mengeluarkan nasihat tentang pakaian untuk perempuan.
Lima tahun lalu, saya menulis tentang kemarahan masyarakat atas ucapan Menteri Kebudayaan Mahesh Sharma yang menyarankan agar dalam daftar yang diberikan kepada turis di bandara mengatur bahwa mereka tidak boleh mengenakan rok atau gaun selama di India dan tidak boleh keluar sendirian di malam hari di kota-kota kecil.
Saya mengutip contoh dari beberapa politisi terkemuka yang menghubungkan pemerkosaan dan kekerasan seksual dengan pakaian perempuan.
Pada tahun 2014, penyanyi legendaris KJ Yesudas dikritik karena mengatakan perempuan tidak boleh mengenakan jeans karena "bertentangan dengan budaya India" dan memprovokasi perilaku yang "tidak diinginkan".
Pembatasan pakaian, terutama untuk perempuan dewasa dan anak, secara rutin dilaporkan terjadi di pedesaan India, dengan budaya patriarki.
Minggu lalu, dewan kasta desa di negara bagian Uttar Pradesh mengatakan perempuan dengan jeans dan rok - dan anak laki-laki dengan celana pendek - akan diboikot secara sosial.
Satu dekade lalu, dewan kasta di desa Battisa di Uttar Pradesh telah melarang anak perempuan mengenakan jeans atau menggunakan ponsel.
Pada 2014, pertemuan sesepuh desa dari 46 desa mengumumkan larangan serupa. Tiga tahun kemudian, desa-desa di Haryana dan Rajasthan juga melarang perempuan membawa ponsel atau mengenakan jeans.
Jadi, mengapa beberapa pemimpin India begitu gusar dengan sepotong pakaian?
Denim pertama kali mendapatkan popularitas di India pada 1980-an dan selama bertahun-tahun telah menjadi pakaian pilihan, terutama bagi kaum muda, di seluruh negeri.
Pasar denim India bernilai lebih dari Rp57,6 triliun atau $US4 miliar dan diperkirakan akan tumbuh menjadi Rp172,9 triliun pada tahun 2028.
Dalam beberapa tahun terakhir, jeans robek menjadi sangat populer dan semua orang mulai dari bintang Bollywood, selebriti hingga orang biasa terlihat memakainya.
Tapi orang India, kata perancang busana Anand Bhushan, memiliki "hubungan cinta-benci" dengan jeans robek.
"Untuk kaum muda, mereka terlihat gaul, keren dan cocok dengan kerumunan yang modis. Sedangkan bagi orang tua dan kakek-nenek mereka, mereka tidak dapat memahami mengapa anak-anak mengenakan pakaian robek."
Tapi, ketidaksukaan orang tua pada gaya busana anak mereka adalah masalah yang sama sekali berbeda ketika otoritas publik mulai menyalahkan pakaian untuk penyakit masyarakat.
"Ini upaya untuk mengontrol perempuan. Melelahkan bagaimana patriarki laki-laki ini bersembunyi di balik tabir tradisi yang merendahkan perempuan dengan mencoba mengontrol apa yang mereka kenakan," kata Bhushan.
"Mereka tidak memiliki argumen baru sehingga menawarkan argumen yang sama bahwa jeans bukanlah bagian dari budaya kita, bahwa jeans berasal dari Barat."
- Mengapa anak-anak muda ini menolak kenikmatan dunia?
- Ahmad Zahir, sensasi budaya pop dan Elvis versi Afghanistan
Kritik Menteri Rawat terhadap jeans robek memiliki konsekuensi yang tidak disengaja - ini mendorong beberapa orang mencobanya untuk pertama kali.
Viji Venkatesh, seorang konselor kanker yang berbasis di Mumbai, termasuk di antara mereka yang memposting foto mereka di Twitter.
Venkatesh mengatakan kepada saya bahwa dia "sangat marah" oleh komentar "konyol dan menyinggung" yang diucapkan Rawat sehingga dia "memotong celana jeans yang bagus" untuk mengubahnya menjadi robek.
"Saya berusia 69 tahun dan umumnya memakai sari. Saya juga selalu bertanya-tanya mengapa anak-anak memakai jeans robek," katanya.
"Tapi saya sangat marah dengan ucapan anti-perempuan Rawat sehingga pada saat kesal itu saya membuat lubang di dalamnya dan mengunggah foto memakainya di Twitter."
https://twitter.com/vijivenkatesh/status/1372403763164684293
Saya bertanya padanya, apakah dia berubah pikiran sekarang?
"Tidak, celana ini benar-benar nyaman di lutut saya dan masih terlihat cukup bagus," katanya sambil tertawa.
Tapi, dengan catatan serius, dia menambahkan, bahwa apa yang dikenakan perempuan bukanlah urusan siapa pun kecuali mereka sendiri.
"Ini bukan urusan Rawat. Dia harusnya khawatir tentang mencairnya gletser di Uttarakhand, masalah lingkungan yang dihadapi negara dan bukan tentang apa yang dikenakan perempuan."