Suara.com - Layanan pemakaman di Bago menolak pengurusan jenazah polisi Myanmar yang tewas dalam kurusuhan. Menyadur Irrawaddy Minggu (21/03), penolakan yang sama juga datang dari layanan pemakaman lain.
Seorang warga Bago mengatakan, penolakan datang dari organisasi layananan pemakaman gratis berbasis komunitas.
"Polisi meminta beberapa layanan pemakaman untuk membantu, tapi mereka semua menolak," kata seorang warga Bago yang tak disebutkan identitasnya.
Warga lain membocorkan pemakaman Kapten Kyaw Naing Oo diadakan di pemakaman Sinpyukwin pada Selasa siang dengan pengamanan polisi.
Baca Juga: Ogah Gabung Junta, Lebih dari 200 Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India
Ia menyebut, iringan jenazah tidak menggunakan Jalan Pagoda Shwethalyaung, yang biasanya digunakan untuk pemakaman. Mereka memilih menggunakan jalan pintas.
"Mereka tidak menggunakan jalan biasa menuju pemakaman yang menunjukkan bahwa mereka mencurigai publik. Ada masalah antara mereka dan masyarakat yang tidak bisa dilihat," kata warga.
Pria berusia 37 tahun itu tewas sementara sejumlah besar petugas membubarkan paksa pengunjuk rasa mahasiswa di bangsal Ponnasu pada 14 Maret.
Menurut polisi Bago, Kapten Kyaw Naing Oo bertugas di kantor kepolisian daerah dan meninggal karena luka. Tak ada rincian lebih lanjut terkait kematiannya.
Sejak kudeta 1 Februari, tujuh orang, termasuk seorang wanita, tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan di Bago.
Baca Juga: Polisi Myanmar: Saya Disuruh Tembak Pengunjuk Rasa, Saya Tolak
Aksi kekerasan yang semakin mengkhawatirkan ini mendorong para biksu di Myanmar untuk bersuara. Mereka mendesak junta militer untuk menghentikan kekerasan terhadap para demonstran.
Kecaman atas kekerasan dan pembunuhan ini adalah sikap resmi paling berat yang pernah diambil oleh biksu Buddha terkait kudeta.