Suara.com - Hujan lebat yang melanda New South Wales, Australia, beberapa hari terakhir menyebabkan bendungan dan sungai meluap di sekitar Sydney.
Akibat luapan banjir ini, seperti dilaporkan Reuters, Senin (22/3/2021), jalur kereta batu bara Hunter Valley Australia ditutup, sehingga menghentikan pengiriman ke pelabuhan ekspor batu bara terbesar di dunia, Newcastle.
"Curah hujan yang tinggi, potensi banjir yang lebih parah di samping dampak jaringan saat ini, angin kencang, pohon tumbang dan puing-puing, gangguan listrik dan tumbangnya saluran listrik serta tiang listrik adalah kekhawatiran yang menyebabkan operasi dihentikan," kata juru bicara Australian Rail Track Corp, seperti dikutip dari Reuters, Senin (22/3/2021).
Lebih lanjut, juru bicara ARTC mengatakan, trek baru akan dibuka kembali bila kondisi sudah aman serta permukaan air telah surut.
Baca Juga: Banjir Merendam Ratusan Pemukiman Warga di Kota Probolinggo
Jaringan Hunter Valley yang ditutup disebutkan melayani beberapa tambang yang dijalankan oleh BHP Group Ltd, Glencore PLC, New Hope Corp Ltd, Whitehaven Coal, dan Yancoal Australia Ltd.
Pelabuhan Newcastle sendiri, seperti dilaporkan Reuters, memiliki dua terminal batubara dengan total kapasitas tahunannya sebesar 145 juta ton.
Belasan Ribu Warga Mengungsi
Akibat hujan deras yang tak henti melanda pantai timur ini, sekitar 18.000 warga Australia dilaporkan telah dievakuasi dari banjir di seluruh New South Wales (NSW).
Para pejabat, seperti dilaporkan BBC, mengatakan, kejadian 50 tahun sekali ini kemungkinan akan terus berlanjut sepanjang minggu. Mereka mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dari segala kondisi yang kemungkinan terjadi.
Baca Juga: Belum 100 Persen Surut, 18.186 Keluarga Masih Terdampak Banjir di Semarang
Perdana Menteri Scott Morrison disebutkan telah menawarkan dana bantuan bagi penduduk yang terpaksa mengungsi.
"Ini waktu pengujian lain bagi negara kami," katanya kepada stasiun radio Sydney 2GB pada Senin (22/3/2021), seperti dikutip dari BBC.
Selain pengevakuasian, terjadi pula kerusakan pada rumah-rumah penduduk yang diperkirakan berdampak pada sekitar 25 juta penduduk Australia.
Sebelumnya Dilanda Kebakaran
Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian mengatakan, banyak masyarakat korban banjir yang sebelumnya terkena dampak kebakaran hutan dan kekeringan saat musim panas.
"Saya tidak tahu apakah ada saat lain dalam sejarah di mana kita memiliki kondisi cuaca ekstrem yang beralih secara cepat di tengah pandemi," ujarnya.
Hujan dan banjir yang deras di musim panas di Australia bagian timur ini sangat kontras dengan tahun lalu, ketika banyak area yang sama hangus oleh kebakaran hutan hebat dan dilanda kekeringan.
BBC melaporkan, saat ini Australia bagian timur sedang mengalami pola cuaca La Niña, yang biasanya membawa lebih banyak curah hujan dan siklon tropis selama musim panas.
Dua dari tiga tahun terbasah di Australia dilaporkan terjadi selama peristiwa La Niña. Fenomena ini membawa peningkatan curah hujan sebesar 20% dari curah hujan rata-rata pada Desember hingga Maret di Australia bagian timur.
Menurut para ilmuwan, adanya perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang meningkatkan dampak La Niña. Kondisi ini juga yang menyebabkan pola cuaca semakin tidak menentu.
(Maulida Balqis)