Suara.com - Patrick Foster mengalami masa kelam dalam hidupnya pada 2018. Saat itu dia bermasalah dengan utang judi yang menumpuk dan tidak melihat ada jalan keluar.
Mengenang kisahnya itu, guru berusia 33 tahun tersebut mengaku kali pertama ikut taruhan saat masih di universitas. Saat itu sekadar bersenang-senang dengan teman-temannya.
Namun kesukaannya berjudi membuat ketagihan saat kariernya sebagai pemain kriket berakhir dan mulai mencari nafkah di kota.
Keadaan bertambah buruk ketika ganti profesi menjadi guru. Dia saat itu pinjam uang dari para orangtua murid dan berbohong kepada rekan-rekan kerja.
Baca Juga: Jual Chip Judi Online, Pemuda di Aceh Diringkus Polisi
- Pandemi Covid-19 picu lonjakan bunuh diri di Jepang, mengapa lebih banyak perempuan?
- Covid-19 membuat Anda merasa tak berdaya, apa yang bisa dilakukan?
- Polisi melarang permainan mahyong di China
Dia lalu memutuskan untuk berupaya mengatasi semua masalahnya itu dengan terakhir kali ikut taruhan di lomba pacuan kuda. Dia bertaruh £50.000 (sekitar Rp1 miliar) untuk seekor kuda pacu jagoannya.
Kalah taruhan, dia merasa hidupnya sudah berakhir.
Dalam kisah berikut ini, dia mengungkapkan bagaimana hidupnya kembali bangkit ke jalan yang benar.
'Saya tidak tahu untuk apa ikut'
Saya dulu punya mimpi, ingin menjadi pemain kriket profesional.
Saya berhasil mulai mencapainya saat menerima beasiswa olahraga di SMA Oundle School wilayah Northamptonshire, salah satu sekolah top di Inggris.
Baca Juga: Jadi Bandar Judi 2 Minggu, Emak-emak Terancam Penjara 10 Tahun
Saat lulus di usia 18 tahun, saya menandatangani kontrak profesional selama dua tahun dengan Klub Kriket Daerah Northamptonshire.
Di musim panas itu, segalanya berjalan lancar, dan saya dipanggil memperkuat tim nasional Inggris U-19.
Saya lalu memutuskan untuk mengejar gelar sarjana dan diterima kuliah di Durham University.
Suatu ketika di Sabtu pagi, tak lama setelah pekan perkenalan mahasiswa baru, pintu asrama saya diketuk dan teman-teman lalu bilang ingin pergi ke tempat taruhan. Saya sungguh tidak berminat untuk ikut.
Saya menyaksikan seseorang main mesin roulette dan saya terpana. Begitu dia keluar dari permainan, saya langsung menduduki kursinya. Ada uang £2 di kantung dan memutuskan untuk memasangnya di meja judi.
Sejak itu, hidup saya berubah selamanya.
Saya pulang malam itu dengan meraup £250 (sekitar Rp5 juta). Saya lalu berpikir, "Tahu nggak, saya bisa hasilkan banyak uang dari [perjudian] ini." Itu yang memberi saya dorongan luar biasa.
'Mimpiku berakhir dan saya terpukul sangat telak'
Tidak dinyana, saya cedera pergelangan kaki dan tidak bisa bermain kriket. Saya lalu mulai berjudi dan berjudi lagi.
Begitu pulih dari cedera, saya sudah terganggu oleh kebiasaan ini. Saya dulunya paling awal di tempat latihan dan yang terakhir pulang.
Namun, [setelah ketagihan judi] saya ingin keluar secepat mungkin dari tempat latihan agar bisa bertaruh dan ini yang mempengaruhi penampilan saya sebagai atlet.
Di akhir tahun itu, saya dipanggil kepala pelatih dan dibebastugaskan. Impian saya pun berakhir dan sungguh sangat telak memukul saya.
Itu adalah kali pertama dalam hidup bahwa saya diberitahu sudah tidak tampil bagus. Saya tidak suka dan tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Saya malah memilih cara berupa lari dari kenyataan.
Saya lulus kuliah dan pindah bersama empat teman ke London, di mana kami bisa bekerja dengan gaji besar sebagai lulusan universitas.
Saya lalu meneruskan kebiasaan berjudi dan tetap bekerja dengan baik, maka saya mengira tidak ada masalah. Saya malah dapat promosi jabatan, kenaikan gaji, dan bonus yang besar.
'Saya menang Rp700 juta lalu menguap begitu saja beberapa pekan kemudian'
Dua malam kemudian, saya bikin pesta dengan teman-teman di bar. Saya saat itu merasa senang dan lalu bertaruh £500 (sekitar Rp10 juta) untuk judi sepakbola. Di situ saya menang £34.988 (sekitar Rp702 juta).
Kemenangan itu langsung mengubah mentalitas saya dalam berjudi. Setiap kali pasang taruhan, saya pikir bakal menang £35.000. Kalaupun tidak dapat sekarang, pasti akan menang nantinya.
Hal terburuk adalah menang taruhan dalam jumlah kecil tidak lagi membuat saya senang. Jadi, saya mulai pasang £2,000 (sekitar Rp40 juta) untuk kuda pacuan.
Saya hilang uang sebesar itu dalam lima pekan. Namun saya ingin rebut lagi. Saya mulai memburu dan berkata kepada diri sendiri, berhenti berjudi kalau saya menang lagi. Namun, saya tidak menang-menang.
Di tahap ini, saya mulai mengutang dari bank sampai kelewat batas dan menunggak uang kontrakan rumah. Saya sadar keadaan sudah di luar kendali.
'Ini adalah kesalahan terbesar yang saya buat'
Saya putuskan pulang ke rumah dan ingin curhat soal masalah ini dengan orangtua. Tapi saya begitu khawatir soal apa yang akan mereka pikirkan. Saya tidak ingin mereka kecewa sehingga putuskan tidak jadi bicara. Ini adalah kesalahan terbesar yang saya buat.
Malah, saya menyalahkan gaya hidup Kota London. Saya bilang ke mereka ingin berbuat yang berbeda. Saya ingin menjadi guru. Mungkin dengan cara ini bisa membuat saya berhenti berjudi akan berada di lingkungan yang seluruhnya berbeda.
Saya lalu dapat pekerjaan di suatu sekolah di Kota Oxford, mengajar sejarah dan Latin. Namun, tak lama kemudian, saya mulai berjudi lagi. Gaji saya tidak cukup dan mulai terjerumus utang, baik pinjaman tunai maupun kartu kredit.
Begitu uang habis, segalanya kian buruk. Berteman dengan orang-orang yang sangat kaya, saya mulai mendekati mereka dan berbohong demi dapat uang. Saya bilang sedang dikejar-kejar petugas pajak. Lalu alasan lain, mobil saya baru tabrakan dan perlu uang untuk keperluan mendesak. Saya mulai pinjam uang banyak dan dihabiskan untuk berjudi lagi.
'Punya utang judi sekitar Rp5 miliar'
Di akhir 2016, saya putuskan pindah mengajar karena khawatir bakal ketahuan. Hidup saya berantakan, namun bertemu seorang kekasih bernama Charlotte dan, entah mengapa, saya bisa menyembunyikan "dosa-dosa" saya itu darinya.
Saya terus kepikiran untuk jujur ke dia, namun begitu khawatir bakal kehilangannya. Saya merasa, begitu mengaku, dia bakal pergi.
Di awal 2018, segalanya di luar kendali. Saya punya 76 akun taruhan online dan 23 pinjaman. Saya sudah mengutang dari 113 orang yang berbeda dan punya utang judi Rp5 miliar yang harus segera dilunasi.
Saya ibarat sudah menekan tombol menghancurkan diri sendiri dan selama dua bulan berikut saya bertaruh banyak uang sepanjang siang dan malam sambil mengira, kalau menang, langsung berhenti.
Saya lalu dipanggil kepala sekolah yang telah menerima keluhan dari teman-teman dan orangtua murid. Saya tidak punya tempat lagi untuk bersembunyi.
Mereka bilang akan membuka penyelidikan dan tahu saya bakal kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, dan diseret ke pengadilan karena menipu.
Saya malah putuskan berjudi adalah satu-satunya jalan keluar dan berpikir bahwa saya akan selamat bila menang besar.
Saat itu adalah awal Festival Cheltenham dan itu ajang yang tepat. Saya telepon seseorang dan bilang bahwa seorang kerabat saya kecelakaan dan perlu uang £10.000 untuk membayar perawatan di rumah sakit. Saya berhasil dapat £50.000 setelah taruhan lomba pacuan kuda. Namun, itu belum cukup, saya mau lagi.
'Duniaku seketika runtuh'
Jadi saya memutuskan untuk melakukan apa yang dianggap banyak orang hal yang terbodoh. Saya putuskan bertaruh £50.000 - semua uang yang saya menangkan sebelumnya - untuk seekor kuda pacu di lomba the Cheltenham Gold Cup.
Saya yakin bahwa kuda yang bernama Might Bite itu akan menang. Namun ternyata kuda itu tidak juara, dan duniaku seketika runtuh.
Beberapa hari kemudian, saya mengundurkan diri dari pekerjaan, lalu mengambil kunci mobil dan berkendara selama tiga jam. Saya sempat memutuskan untuk bunuh diri karena merasa tidak ada pilihan lain.
Lalu muncul di benak saya, "Kamu harus bicara ke seseorang." Saya lalu hubungi adik. Saya kirim dia pesan tertulis mengenai masalah yang telah saya alami dan yang akan saya lakukan. Saya minta dia untuk mewakili ucapkan salam perpisahan kepada semua orang.
Dia coba menelpon saya, namun tidak saya jawab. Tekad saya sudah bulat. Lalu dia kirim pesan, yang akhirnya menyelamatkan hidup saya.
"Apapun yang kamu lakukan, jangan lakukan itu." Dia mengaku tidak akan mampu menanggungnya, begitu pula dengan kekasih dan keluarga saya. Itu adalah momen di mana saya berhenti memikirkan diri sendiri dan mulai memikirkan orang lain.
'Hidupku mendapat kesempatan kedua'
Akhirnya saya bicara apa adanya kepada keluarga. Semua kebohongan yang saya buat, utang, dan situasi pekerjaan. Tidak sanggup menjelaskan seberapa sulitnya, namun itu adalah momen bagi saya untuk bisa melanjutkan hidup.
Mereka tidak marah. Mereka sadar saya butuh bantuan dan membantu saya masuk ke pusat rehabilitasi. Saya langung berpikir, "hidupku mendapat kesempatan yang kedua."
Bulan berikutnya saat di rehab sungguh sulit. Saya harus mengambil tanggungjawab penuh atas apa yang telah saya lakukan.
Saya bertunangan dengan kekasih ketika keluar dari rehab, namun belum kepikiran apa yang akan dilakukan pada hidup saya. Saya menghubungi Asosiasi Pemain Kriket Profesional (PCA), yang memberi perhatian kepada atlet dan eks atlet kriket, walau ada yang kariernya sependek saya.
Mereka membantu saya secara finansial dan emosional, mengorganisir perawatan dan membuat rencana untuk membantu melunasi utang saya.
Saya punya keinginan yang membara untuk berbagi kisah saya. Saya tidak bangga dengan apa yang dulu saya perbuat namun saya sadar betap mudah terjatuh dalam perangkap itu.
Saya lalu mulai memberikan kesaksian kepada para pemain kriket lewat PCA demi mencegah mereka agar tidak berbuat kesalahan yang sama. Saya pun berbicara kepada mantan teman-teman sekolah di Northamptonshire.
Di saat yang sama, saya mulai bekerja untuk EPIC Risk Management, lembaga konsultan yang membantu mencegah kecanduan judi.
Hingga kini saya sudah bicara di lebih dari 200 sekolah, 100 lebih organisasi olahraga, dan sekitar 50 institusi bisnis.
Saya benar-benar ingin pesan ini sampai kepada kaum muda, yang punya akses mudah untuk berjudi online. Bila saya bisa mengubah satu orang, maka itu semua akan bermanfaat.
Berjudi telah berdampak besar bagi hidup saya. Saya akan membayar semua utang saya dalam jangka waktu 15 tahun.
Saya kini menulis sebuah buku mengenai hidup saya yang akan diluncurkan awal tahun depan dan akan berbagi kisah. Ini hanya langkah kecil untuk membalas setelah merenggut banyak hal.
Ini cara saya untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah menyelamatkan hidup saya.
Seperti yang diutarakan kepada Charlie Jones.