Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan varian N439K tidak termasuk dalam mutasi virus Sars-Cov 2 yang diwaspadai di Indonesia, meski di tanah air sudah ada 48 kasus positif Covid-19 varian dari Inggris tersebut.
Budi mengatakan Badan Kesehatan Dunia, WHO baru menentukan tiga varian yang dianggap lebih berbahaya yakni B117 asal Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan P1 asal Brasil.
"N439K ini tidak masuk VOI (Varian of Interest) maupun VOC (Varian of Concern) WHO, jadi supaya teman-teman lebih tenang karena banyak berita macam-macam. Banyak varian baru itu hilangnya cepat, setahu saya ini juga termasuk varian yang menghilangnya cepat," kata Budi dalam jumpa pers KPCPEN, Jumat (19/3/2021).
Varian N439K telah ditemukan di Indonesia pada November 2020, dari 500 sampel tercatat sudah ada 48 kasus N439K.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Turun, Pertunjukan di Magelang Tetap Dibatasi
Hampir semuanya ditemukan di bulan Maret 2021. Sedangkan di dunia, N439K telah terdeteksi di lebih dari 30 negara.
Varian N439K ini dianggap sama dengan D614G yang juga ditemukan di Indonesia sejak September 2020.
Ketua Umum IDI Daeng M Faqih menyebut varian N439K ini lebih pintar dari varian sebelumnya.
"Karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," kata Daeng, Jumat (12/3).
IDI menyarankan penggunaan masker yang sesuai seperti masker bedah, N95, KN94, KF94 dapat melindungi hingga 90 persen penularan.
Baca Juga: Indonesia Cabut Penangguhan, Vaksin AstraZeneca Mulai Dipakai Pekan Depan