Kontroversi All England: Pemain Indonesia Dipaksa Mundur, PBSI Kecewa

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 18 Maret 2021 | 18:37 WIB
Kontroversi All England: Pemain Indonesia Dipaksa Mundur, PBSI Kecewa
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia  mengungkapkan kekecewaan atas mundurnya pemain RI dari turnamen All England 2021 setelah otoritas kesehatan Inggris menemukan bahwa seorang penumpang dalam pesawat yang membawa mereka ke Inggris dinyatakan positif Covid-19.

"Kami menyampaikan kekecewaan yang besar," kata Agung Firman Sampurna dalam jumpa pers pada Kamis (18/03) yang disiarkan secara langsung di televisi.

Agung mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk meminta konfirmasi kepada otoritas kesehatan Inggris tentang siapa penumpang yang melakukan kontak dengan 24 delegasi Indonesia - yang semuanya sudah divaksin dan dinyatakan negatif Covid-19 dengan tes PCR.

Agung mengatakan pihaknya juga meminta Kemenlu untuk mencari jalan supaya tim Indonesia bisa tetap bertanding.

Baca Juga: Anggota DPR Minta Sewa Jet Pribadi ke All England, Ahsan: Ga Sanggup Bayar

"Kita tetap akan berjuang, siapa tahu ada ruang yang masih terbuka bagi kita untuk terus melanjutkan pertandingan tetapi kalau tidak, kita tidak perlu berkecil hati.

"Kita adalah juara yang tertunda," katanya kepada media.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia di London sudah mengontak Duta Besar Inggris di Jakarta untuk melakukan klarifikasi ke otoritas kesehatan di Inggris, menurut pernyataan tertulis dari KBRI London.

Apa tanggapan Indonesia?

Ketua Umum PBSI Agung Firman tampak kesal ketika memberikan penjelasan dalam jumpa pers, Kamis (18/03). Ia mengatakan, tim Indonesia sudah melakukan semua persiapan yang diperlukan termasuk vaksinasi dan tes swab PCR kepada seluruh delegasi.

"Anda bisa bayangkan betapa anehnya, kita yang sudah divaksin tiba-tiba bukan hanya tidak boleh ikut bertanding, kita kemudian juga diminta untuk dilakukan isolasi sepuluh hari," ungkapnya dengan nada tinggi.

Baca Juga: Legislator Salahkan PBSI, Kalau Tahu Berisiko Kenapa Tak Pakai Private Jet?

Agung mempersoalkan keputusan bahwa tim Indonesia harus mundur dari kompetisi, padahal semuanya telah melalui tes PCR dan menunjukkan hasil negatif.

Dia mengatakan bahwa tim Indonesia - yang diklaim sedang dalam "kondisi terbaik" - sangat diperhitungkan dalam kancah internasional.

Sejak tahun 1959, Indonesia telah memenangkan setidaknya 34 gelar All England.

"Kami menyampaikan kekecewaan yang besar tapi pada saat yang sama kami paham, ini antara lain karena potensi dan kemampuan tim bulu tangkis Indonesia yang ada dalam kondisi terbaiknya pada saat ini," ujarnya.

Namun Agung menegaskan bahwa dia tidak menyalahkan BWF, yang disebutnya hanya mengikuti aturan dari pemerintah Inggris. "Kita inginkan ada transparansi dengan NHS," katanya.

KBRI London mengeluarkan keterangan pendahuluan melalui pernyataan tertulis. Mereka mengatakan telah melakukan "koordinasi intens" dengan Ketua Timnas All England Ricky Soebagdja dan Kemenpora.

KBRI mengatakan telah menerima arahan dari Menlu RI untuk memastikan tidak ada diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap para atlet bulu tangkis Indonesia.

Lebih jauh, Dubes RI di London Desra Percaya telah meminta Dubes Inggris di Jakarta Owen Jenkins untuk memastikan alasan para pemain harus isolasi mandiri 10 hari dan mengusahakan opsi untuk memungkinkan atlet Indonesia melanjutkan kompetisi di All England.

Kabar bahwa tim Indonesia terpaksa mundur dari All England telah menimbulkan kemarahan dari banyak warga Indonesia, yang sebagiannya mengungkapkan kekesalan mereka di media sosial.

Beberapa warganet di Twitter menuduh BWF sebagai penyelenggara All England melakukan diskriminasi terhadap pemain Indonesia. Tagar #BWFMustBeResponsible sempat populer.

Apa yang terjadi?

Menurut informasi di situs web PBSI, seluruh tim bulu tangkis Indonesia mendarat di Birmingham, Inggris pada hari Sabtu (13/3) siang setelah perjalanan kurang-lebih 20 jam dari Istanbul dengan menumpang pesawat Turkish Airlines.

Tim Humas dan Media PP PBSI mengatakan tim tiba dalam kondisi sehat. Sesampainya di hotel, mereka semua menjalani tes PCR dan dinyatakan negatif Covid-19.

Berbekal hasil tes tersebut, pada hari Senin (15/03) para atlet mulai latihan menggunakan fasilitas sasana kebugaran di Hotel Crowne Plaza Birmingham City Centre. Sore harinya dan pagi keesokan harinya (16/03), tim melakukan latihan gabungan di Utilita Arena, Birmingham.

Pada hari pertandingan, Rabu (17/03), Badminton World Federation (BWF) sempat menunda pembukaan setelah sejumlah tes Covid-19 yang dilakukan pada tim partisipan dinyatakan 'inkonklusif' dan sampelnya akan diuji kembali.

BWF juga mengatakan bahwa sejumlah pemain menunjukkan hasil tes positif, dan berdasarkan kesepakatan dengan otoritas kesehatan Inggris, mereka harus dites ulang. Para pemain diminta tetap dalam isolasi mandiri sambil menunggu hasil tes kedua keluar.

Informasi di situs web PBSI menyebutkan bahwa orang-orang yang menjalani tes ulang tersebut merupakan atlet dan pelatih dari Thailand, Denmark dan India.

Kompetisi pun dimulai pada pukul 14:00 waktu setempat. Tiga wakil Indonesia yang bertanding berhasil memastikan langkah ke babak 16 besar. Mereka adalah Jonatan Christie, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu, juga mengamankan tiket babak kedua setelah lawannya mengundurkan diri.

Menjelang pertandingan tiga wakil Indonesia lainnya, manajer Tim Indonesia Ricky Soebagdja dikabari panitia bahwa mereka harus mengundurkan diri dari turnamen.

Ricky menceritakan dalam video penjelasan di akun YouTube PBSI bahwa 20 dari 24 anggota tim Indonesia mendapatkan email dari National Health Service (NHS) yang meminta mereka untuk isolasi mandiri selama 10 hari.

https://youtu.be/4wtuiNg01iU

Mereka diminta isolasi setelah seorang penumpang dalam pesawat yang membawa mereka ke Birmingham dinyatakan positif Covid-19.

Akibatnya, tiga wakil Indonesia - Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti - gagal bertanding dan dinyatakan kalah WO (walkover).

Berdasarkan peraturan NHS, setiap orang yang mendapatkan pemberitahuan harus segera melakukan isolasi mandiri selama 10 hari sejak terakhir kali berkontak dengan orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Meski demikian, Ricky Soebagdja mengatakan para seluruh tim Indonesia dalam keadaan sehat.

"Namun, dapat dipastikan keadaan seluruh tim Indonesia yang berada di Birmingham saat ini dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Hal ini merupakan kejadian luar biasa menyakitkan dan mengecewakan bagi kami semua," kata Ricky.

Adapun tujuh pemain dari Denmark, Thailand, dan India yang sempat menunjukkan hasil tes positif tetap bisa bertanding di All England.

Juru bicara PBSI Fellya Hartono mengatakan kepada CNN bahwa perbedaan kasus mereka dengan tim Indonesia ialah tes mereka dilakukan oleh panitia All England, sementara tim Indonesia mendapat pemberitahuan langsung dari pemerintah Inggris.

Apa penjelasan dari panitia All-England?

Dalam pernyataan di situs webnya, BWF menjelaskan bahwa mereka mengikuti peraturan dari pemerintah AS dan otoritas kesehatan setempat demi memastikan keselamatan semua partisipan.

"Meskipun kami menyayangkan peristiwa ini, BWF dan Badminton England akan terus mengikuti semua protokol yang diwajibkan oleh pemerintah Inggris dan otoritas kesehatan lokal untuk memastikan keamanan semua peserta," tulisnya.

BWF belum membalas email permintaan konfirmasi yang dikirim BBC News Indonesia.

Berita ini akan terus diperbarui.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI