Suara.com - Mahasiswa sebaiknya lebih banyak belajar langsung dari pengalaman di lapangan untuk memahami revolusi komunikasi 4.0. Revolusi 4.0 telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama berkaitan dengan perubahan cara manusia berpikir, hidup, dan pola relasi sosial.
Demikian ujar Menteri Sosial (Mensos), Rismaharini Rismaharini, dalam kuliah umum di kampus Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), Bandung.
"Saya minta mahasiswa lebih banyak belajar langsung dari pengalaman di lapangan. Belajar bisa dimana saja, dengan siapa saja kita tidak perlu takut dari zona nyaman," katanya, Jabar, Kamis (18/03).
Disrupsi terjadi pada berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya teknologi, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, dan sosial. Alumni Poltekesos Bandung harus mampu beradaptasi dan berinovasi dan mengubah tantangan menjadi peluang
Baca Juga: Cair Maret 2021, Ini Syarat dan Cara Daftar Bansos Tunai KPM DTKS Kemensos
Mensos mengisahkan pengalamannya berbincang dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim tentang Program Kampus Merdeka. Ia mengatakan, pandangan baru akan didapat dengan belajar di lapangan, menemukan tantangan di lapangan dan menyelesaikannya di lapangan.
Ia minta Civitas Akademika Poltekesos menangkap ide ini dan tidak perlu khawatir untuk menjawab tantangan, betapa pun beratnya. Ada pertanyaan besar yang menurut Risma perlu dijawab Poltekesos Bandung, yakni mengapa ada banyak orang yang sudah lama menerima bantuan tapi tetap masih miskin?
Untuk menjawab tantangan ini, menurut Mensos, Civitas Akademika Poltekesos Bandung harus mencari jawabannya di tengah-tengah masyarakat. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini, katanya, tidak selalu harus mencari jawabannya dari bangku kuliah.
"Apakah dengan demikian ilmu kesejahteraan sosial tidak dipakai, tidak! Karena dunia selalu berubah. Kita harus mampu eksis, bisa menjawab perubahan. Soalnya dunia akan selalu berubah. Jadi jangan puas di zona nyaman. Jangan khawatir karena kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
Ia minta mahasiswa Poltekesos Bandung, agar mampu meyelesaikan masalah dengan berpikir inovatif dan berkolabirasi.
Baca Juga: Cara Daftar dan Syarat Bansos Tunai KPM DTKS Kemensos, Cair Maret 2021
"Kalau tidak bisa dijawab sendiri, maka kita bisa bermitra. Saat ini, kita kenal era crowd funding," katanya.
Menurutnya, tantangan dalam pembangunan kesejahteraan sosial sangat rumit dan dinamis. Suatu ketika ia meminta jajarannya untuk mampu menciptakan kursi roda elektronik.
Ini untuk membantu Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yang mengalami disabilitas berat yang tidak bisa dibantu hanya dengan kursi roda biasa.
"Tantangan ini harus dijawab. Untuk bisa menjawab itu, tidak harus dikerjakan sendir-sendiri. Caranya, di abad 21 ini, kita tidak harus bekerja sendiri. Kita bisa berkolaborasi, " katanya.
Mensos memberikan sejumlah contoh dan pengalaman selama pengabdiannya di berbagai tempat, ia menyelesaikan masalah di lapangan. Seperti saat menghijaukan Kota Surabaya, ia mengisahkan, bagaimana sampai jam 02.00 WIB menaman bunga dan pohon di sejumlah titik di Kota Surabaya.
Kemudian juga saat ia mencari penyebab banjir di Kota Pahlawan, saat awal ia memimpin sebagai wali kota.
"Saya cari itu sampai malam. Sampai saya hampir hanyut. Akhirnya ketemu dimana titik penyebab banjir. Sampai sekarang, Surabaya tidak pernah banjir lagi," katanya.
Dengan penjelasannya tersebut, Mensos menekankan, di era Revolusi Industri 4.0 telah terjadi perubahan fundamental. Civitas Akademika Poltekesos Bandung harus siap menjawab setiap tantangan.
Hadir mendampingi Mensos, Kepala Badan Pendidikan Pelatihan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Syahabuddin dan jajaran, serta segenap Civitas Akademika Poltekesos Bandung.