Myanmar Semakin Bergejolak, PBB: 138 Demonstran Tewas Sejak Kudeta Militer

Selasa, 16 Maret 2021 | 20:18 WIB
Myanmar Semakin Bergejolak, PBB: 138 Demonstran Tewas Sejak Kudeta Militer
Massa saat akan menaruh salah satu foto wajah korban tewas akibat kudeta militer saat aksi solidaritas untuk Myanmar di depan Gedung ASEAN, Jakarta, Jumat (12/3/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setidaknya 138 demonstran tewas di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, termasuk wanita dan anak-anak, lapor PBB pada hari Senin (15/03).

Menyadur Anadolu Agency, ada 38 orang yang tewas pada hari Minggu yang mayoritas berasal dari daerah Hlaing Thayer di Yangon, sementara 18 orang dilaporkan tewas pada hari Sabtu.

"Kami melihat akhir pekan yang penuh dengan pertumpahan darah," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Guterres mengutuk kekerasan pada demonstran yang melakukan aksi damai. "Itu merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang paling dasar dari rakyat Myanmar," ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah Taiwan Sarankan Warganya Pasang Bendera Agar Tak Dikira China

Dujarric mengatakan Sekjen PBB mengulangi seruannya pada komunitas internasional untuk menunjukkan solidaritas mereka pada rakyat Myanmar dan aspirasi demokrasi.

Pemberlakuan status darurat nasional di Myanmar (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj)
Pemberlakuan status darurat nasional di Myanmar (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj)

Meskipun junta militer semakin brutal, rakyat Myanmar tidak berhenti demonstrasi untuk menentang kudeta 1 Februari. Lebih dari 2 ribu orang ditahan di seluruh negeri sejauh ini.

Sementara itu, seorang polisi juga tewas dalam insiden pembakaran pabrik milik China pada Minggu (14/3).

Kedutaan Besar China mengatakan banyak staf yang berasal dari China terluka dan terperangkap dalam serangan yang terjadi di pabrik garmen di Hlaingthaya.

Ketika terjadi kebakaran, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota yang merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri, kata media lokal.

Baca Juga: Sejak Kudeta Militer, Warga Myanmar Bikin Tato sebagai Bentuk Protes

Darurat militer diberlakukan di Hlaingthaya dan distrik lain di Yangon, pusat komersial Myanmar dan bekas ibu kota, media pemerintah mengumumkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI