Suara.com - Pemerintah Taiwan menyarankan warganya yang menjalankan bisnis di Myanmar agar mengibarkan bendera Taiwan untuk membedakannya dengan warga China.
Mereka juga meminta warganya untuk menggantung tanda dari kampung halamannya sebagai identitas sehingga bisa terhindar dari kerusuhan yang sedang melanda Myanmar.
Menyadur Wionews Senin (15/03) saran ini dikeluarkan oleh kedutaan de facto Taiwan di Myanmar menyusul dibakarnya pabrik-pabrik yang didanai China di wilayah itu.
Sebelumnya beberapa staf kedutaan China terluka dalam serangan pembakaran pada hari Minggu di pabrik garmen di pinggiran Yangon di Hlaingthaya.
Baca Juga: Dianggap Bahayakan Pertaniannya, China Larang Impor Nanas dari Taiwan
China dinilai mendukung junta militer yang mengambil alih kekuasaan di Myanmar dan menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.
Sementara itu, Taiwan adalah rumah bagi populasi Sino-Burma yang besar dan memiliki hubungan budaya dan bisnis yang erat dengan Myanmar.
Kantor perwakilan Taiwan di Myanmar menghubungi perusahaan Taiwan setelah menerima laporan serangan terhadap perusahaan yang diinvestasikan China.
Kantor tersebut menyarankan pengusaha Taiwan untuk menggantung tanda dalam bahasa Burma bertuliskan 'perusahaan Taiwan' di pabrik mereka dan mengibarkan bendera nasional.
Mereka juga menjelaskan kepada pekerja lokal dan tetangga bahwa ini adalah pabrik Taiwan, untuk menghindari orang luar menjadi bingung dan salah menilai.
Baca Juga: Ditekan China, Presiden Taiwan Desak Warganya Makan Nanas
Perusahaan Taiwan di Asia Tenggara sering ditandai dengan keliru sebagai perusahaan China dalam beberapa aksi protes sebelumnya.
Tahun 2014 ribuan orang Vietnam membakar pabrik asing sebagai reaksi marah terhadap pengeboran minyak China di bagian Laut China Selatan yang diklaim oleh Vietnam.