Suara.com - Ramdhan Effendy alias Anton Medan tutup usia, Senin (15/3/2021). Almarhum rencananya akan dimakamkan di Pondok Pesantren Attaibin, Bogor hari ini.
Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Ipong Hembiring Putra mengatakan bahwa pemakaman direncanakan digelar pada petang nanti.
"Mau dimakamkan di samping rumahnya di pesantren mungkin abis magrib, ini rencana istrinya lagi runding sama kami," kata Ipong saat dikonfirmasi Suara.com.
Lebih lanjut, Ipong menuturkan bahwa Anton meninggal dunia di kediamannya di Pondok Rajeg Cibinong, Bogor pada pukul 14.50 WIB. Anton akhirnya menyerah setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya yakni stroke dan diabetes.
Baca Juga: Anton Medan Meninggal Dunia, Sudah Siapkan Makam Sejak 2014
Anton Medan adalah mantan perampok dan bandar judi yang kini telah insaf. Ia menjadi Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sejak 2012.
Anton Medan memeluk agama Islam sejak 1992. Anton Medan mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami' Tan Hok Liang. Masjid itu terletak di areal Pondok Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg, Cibinong.
Banyak tuduhan-tuduhan yang diarahkan padanya seputar keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998. Anton Medan juga pernah masuk penjara sewaktu masih menjadi perampok dan bandar judi.
Anton mengaku dirinya semula merupakan penganut agama Buddha, lalu beralih ke Kristen dan akhirnya Islam.
Sebelum masuk Islam, Anton dibesarkan di tengah-tengah politik gelap Indonesia. Itu selama pemerintahan Orde Baru Suharto ketika preman digunakan dalam politik, bisnis dan instansi pemerintah.
Baca Juga: Meninggal Hari Ini, Anton Medan Derita Sakit Stroke dan Diabetes
Pada tahun 1998, Anton Medan dijadikan kambing hitam untuk orkestrasi Kerusuhan Jakarta setelah tuduhan itu diam-diam dicabut.
Kerusuhan yang awalnya merupakan demonstrasi mahasiswa untuk memprotes presiden Indonesia Soeharto berubah menjadi demonstrasi anti-Tionghoa di ibu kota Jakarta.
Anton Medan keturunan Tionghoa, tapi dia turun ke jalan dan ikut kerusuhan untuk membuktikan bahwa dia setia kepada rakyat tapi dia sendiri yang jadi sasaran.
Dalam kekacauan politik tahun 1998, dilaporkan pula bahwa Prabowo Subianto, menantu Suharto dan Panglima Kopassus, telah merekrut dan memanipulasi Anton Medan untuk mendapatkan pendukung militan.
Dalam penyidikan kasus kerusuhan 1998, Anton Medan membantah tuduhan terlibat aktif di balik layar, meski mengaku berada di tengah-tengah massa. Namun, dia menolak untuk bersaksi kecuali Komisi Nasional Hak Asasi Manusia merehabilitasi namanya terlebih dahulu.