Sejak Kudeta Militer, Warga Myanmar Bikin Tato sebagai Bentuk Protes

Senin, 15 Maret 2021 | 14:54 WIB
Sejak Kudeta Militer, Warga Myanmar Bikin Tato sebagai Bentuk Protes
Seorang pengunjuk rasa memegang tanda dengan gambar pemimpin sipil Myanmar yang ditahan Aung San Suu Kyi (kanan) dan presiden Win Myint selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). [YE AUNG THU / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Myanmar kini memiliki cara baru untuk menyampaikan aspirasi mereka menentang junta militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi yakni dengan tato.

Menyadur Straits Times, Senin (15/3/2021) beberapa warga yang ikut aksi protes sejak 1 Februari membuat tato di tubuh mereka yang bertuliskan "Kebebasan dari Ketakutan" atau "Revolusi Musim Semi".

Bahkan ada yang membuat tato bergambar wajah pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi atau salam tiga jari sebagai bentuk protes.

Trend tato dengan tema dan tulis tersebut menjadi semakin populer sejak junta merebut kekuasaan pada 1 Februari, menurut sebuah salon tato di Myanmar.

Baca Juga: Ogah Gabung Junta, Lebih dari 200 Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India

Lebih dari 80 orang tewas dan 2.100 orang ditangkap oleh petugas polisi dan pasukan keamanan junta pada protes harian di seluruh wilayah, kata sebuah kelompok advokasi.

"Saya merasa seperti kehilangan masa depan ketika mendengar berita pada 1 Februari. Saya merasa sangat kesakitan dan saya tidak ingin melupakan rasa sakit itu selamanya," kata seorang wanita warga kota Yangon berusia 23 tahun yang ikut membuat tato.

Wanita yang tidak ingin disebutkan tersebut juga mengungkapkan bahwa dia membuat tato bertuliskan "Freedom from Fear" agar tidak akan pernah melupakan rasa sakit itu.

Selain itu ia juga ingin untuk menunjukkan kepada generasi yang lebih muda "bagaimana kita menyingkirkan sistem ini."

Banyak seniman tato memberikan jasa mereka secara gratis untuk menunjukkan solidaritas pada hari-hari setelah kudeta pada awal Februari.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Militer Terapkan Taktik Pertempuran Hadapi Pengunjuk Rasa

Setelah ada laporan bahwa beberapa di antara mereka ditangkap, banyak salon yang berusaha merahasiakannya meski terus menawarkan diskon besar.

"Mereka mengancam kami dengan senjata. Tapi revolusi kami tidak akan menang jika kami takut," kata seorang pelanggan di Yangon.

"Jadi kita harus menyingkirkan ketakutan semacam ini untuk menang dalam revolusi kita." sambungnya.

Para pemimpin Amerika Serikat dan beberapa sekutunya berjanji pada hari Jumat untuk bekerja sama memulihkan demokrasi di Myanmar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI