Suara.com - Mutasi varian baru viru corona B117 UK membuat banyak pihak khawatir.
Namun, Ernawati Arifin Giri Rachman dari Kelompok Keahlian Genetika dan Bioteknologi Molokuler, SITH ITB mengatakan adanya varian baru dari mutasi Covid-19 belum tentu menambah tingkat keparahan.
“Jadi bukan berarti orang yang terkena virus mutasi itu akan menjadi lebih parah,” kata Erna lewat video diskusi daring, Sabtu (13/3/2021).
Dia mengatakan mutasi pada virus senantiasa terjadi dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan dengan organisme lainnya. Namun yang diperlu diperhatikan adalah efek dari mutasi tersebut.
Baca Juga: Orang-orang yang Kontak Erat 6 Kasus B117 di Indonesia Diklaim Tak Tertular
Erna pun mengatakan efeknya sangat beragam, salah satunya hasil mutasi membuat virus menjadi diam.
Sementara pada varian baru dari mutasi Covid-19 sejauh ini, menurut Erna baru mengakibatkan transmisi atau penularannya yang lebih cepat.
“Jadi kalau dari sekarang mutasi yang ada, itu mutasinya itu menyebabkan transmisi yang lebih cepat,” ujarnya.
Terkait efeknya yang mengakibatkan tingkat keparahan yang lebih tinggi, sejauh ini belum ada informasi hasil penelitiannya.
“Bahwa itu menjadi perhatian karena dia (varian baru Covid-19) itu terkait dengan peranan menginfeksi suatu sel, Nah itu perlu dilakukan dengan penelitian yang lebih lanjut,” ujarnya.
Baca Juga: Kemenkes Pastikan Belum Ditemukan Corona B117 di Jakarta
Oleh sebab itu untuk menyikapinya, Erna mengingatkan masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh dan menaati protokol kesehatan.
“Pastinya patuh pada protokol kesehatan. Itu tidak bisa untuk tidak dipatuhi. Karena dengan itu kita mereduksi jumlah virus yang masuk ke tubuh, sehingga tubuh kita lebih kuat menghadapinya” katanya.
Diketahui saat ini varian baru a mutasi Covid-19 telah masuk ke Indonesia, di antaranya N439K yang jumlahnya mencapai 48 kasus. Kemudian B117 yang baru saja diumumkan pemerintah masuk ke Tanah Air.