Suara.com - Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof Zubairi Djoerban mengungkapkan, mutasi baru virus Covid-19 atau N439K memiliki sifat yang resisten terhadap antibodi.
Pernyataan tersebut disampaikan melalui akun Twitter pribadinya, yang dikutip pada Sabtu (13/3/2021).
“Yang paling disorot dari N439K adalah sifatnya yang resistans terhadap antibodi alias tidak mempan. Baik itu antibodi dari tubuh orang telah terinfeksi, maupun tidak, “ tulis Zubairi pada akun twitter-nya @ProfesorZubairi.
Dia mengutip pernyataan Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi Struktual di Vir Biotechnologi California yang menyebut, N439K memiliki banyak cara mengubah dominan imunodominan untuk menghindari kekebalan tubuh manusia, sekaligus mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi orang.
Baca Juga: Satgas Covid Sebut Potensi Corona B117 Masuk Sulsel Rendah
“Namun, yang jadi catatan epidomolog, penyebaran N439K tidak secepat B117, dan semoga ke depannya juga demikian,” tulisnya.
Zubairi pun memaparkan, mutasi virus ini diduga muncul dua kali secara terpisah, pertama di Skotlandia pada awal Covid-19 masuk ke sana. Kemudian kedua, menjangkau lebih luas wilayah Eropa, hingga tiba di Indonesia.
“N439K ini awalnya dianggap menghilang saat lockdown diberlakukan di Skotlandia. Tapi justru muncul di Rumania, Swiss, Irlandia, Jerman dan Inggris. Mulai November tahun lalu varian ini dilaporkan menyebar secara luas,” tulisnya.
Sebagai langkah antisipasi, Zubairi mengingatkan agar masyarakat menaati protokol kesehatan.
“Pesan saya, tetap jaga jarak, pakai masker dan hindari kerumunan, apalagi di dalam ruangan. Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum selesai,” tulis Zubairi.
Baca Juga: Heboh Vaksin AstraZeneca Disetop, Satgas Covid-19: yang di Indonesia Aman
Seperti diketahui, mutasi virus Covid-19 ini telah sampai ke Tanah Air. Hal ini berdasarkan informasi dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, mengungkapkan sebanyak 48 kasus N439K telah masuk ke Indonesia sejak akhir tahun 2020.