Suara.com - Adanya pengakuan peserta Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) yang mengaku menerima Rp 100 juta dianggap Kepala Bidang Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat versi KLB, Razman Arif Nasution sebagai lelucon.
Razman mengaku bingung, karena banyak pernyataan soal pemberian uang yang dilontarkan oleh peserta KLB. Dia menganggapnya menjadi lucu, lantaran besaran uang yang disampaikan berbeda-beda.
"Mana yang benar ini? Kemarin, katanya dijanjiin Rp 100 juta, terus dikasih Rp 5 juta. Ditambah lagi, katanya Rp 5 juta, Rp 10 juta, keberatan. Sekarang dikasih Rp 100 juta lapor juga. Jadi mana ini yang benar gitu? Ini lucu," kata Razman di Polda Metro Jaya, Jakarta pada Sabtu (13/3/2021).
Razman juga heran melihat peserta KLB yang kekinian mengklaim sebagai pendukung Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saling ribut soal besaran uang dari KLB Deli Serdang.
Baca Juga: Laporan Ditolak, Pengacara Moeldoko Cs Kesal ke Penyidik Polda Metro Jaya
"Ngapain heboh? Apa di situ masalahnya? Jangan kelihatan kali, bingung(nya)."
Sebelumnya, mantan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (Sulut) Rahman Dontili mengklaim, mendapatkan Rp 100 juta setelah mengikuti KLB Deli Serdang.
Namun kekinian, Rahmat mengklaim memilih melaporkan hal tersebut ke DPP Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY.
Pengakuan Rahman tersebut disampaikan melalui video yang dipertontonkan di Kantor DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/3/2021) sore.
"Saya melihat KLB itu ilegal ya. Perlu saya sampaikan, saya orang menerima uang Rp 100 juta. Tapi bukan berarti saya harus diam ketika melihat ketidakbenaran ini," kata Rahman dalam video.
Baca Juga: Laporan Pengacara Kubu Moeldoko Tak Diterima Polda Metro Jaya
Menurutnya, ia melihat keanehan saat mengikuti KLB Deli Serdang. Misalnya, para peserta KLB dianggap bukan pemilik suara sah. Kejadian tersebut kemudian ia laporkan ke DPP Demokrat kubu AHY.
"Saya mencoba menghubungi DPP dan melaporkan, karena masih mencintai Partai Demokrat," ungkapnya.
Rahman bercerita, dia meyakini peserta KLB yang hadir bukanlah pemilik suara sah di Demokrat. Ia mengakui sulit membedakan mana kader dan mana yang bukan kader.
"Kita ikuti kongres itu memang rancu dan cacat prosedur. Kita bukan kader, dan kader itu sama. Baik peserta atau bukan masuk tanpa registrasi. Acara langsung mulai," katanya.