Analis: Moeldoko Lebih Mudah Rebut Partai Demokrat daripada Bangun Sendiri

Sabtu, 13 Maret 2021 | 09:20 WIB
Analis: Moeldoko Lebih Mudah Rebut Partai Demokrat daripada Bangun Sendiri
Moeldoko (tengah) tiba di lokasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis dari University of Sydney, Thomas Power menganggap Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko lebih mudah merebut kekuasaan Partai Demokrat untuk menjadi kendaraannya bergerilya di jalur politik, ketimbang harus membangun sebuah partai politik anyar.

Meski memiliki uang banyak, tapi akan sulit bagi Moeldoko menciptakan parpol dengan nama besar.

Thomas menjelaskan, apabila Moeldoko memilih jalur membangun sebuah partai, maka ia harus merekrut kader dari grassroot sampai ke pusat.

Meski sudah menggelontorkan dana yang berlimpah, sulit rasanya membawa partai politik masuk ke ranah parlemen.

Baca Juga: Kubu AHY Beberkan Bukti KLB Partai Demokrat di Deli Serdang Ilegal

"Kalau pak Moeldoko meskipun dia orang yang kaya raya, meskipun dia punya uang yang banyak sekali kalau dia ingin membangun partai dari nol itu butuh waktu yang lama," jelas Thomas dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (12/3/2021).

Ia lantas memberikan contoh dengan partai politik anyar yang masih kesulitan bahkan untuk merebut kursi minimal setingkat DPRD, yakni Partai Berkarya.

Meski dibangun oleh dana yang tidak sedikit, tapi nyatanya sulit bersaing dengan partai-partai politik besar.

Hal tersebut dikarenakan pimpinannya yang tidak memiliki elektabilitas tinggi karena tidak populer di masyarakat.

"Sama seperti pak Moeldoko tidak terlalu diskuasi rakyat tidak populer dan lihat elektabilitasnya sangat rendah," ucapnya.

Baca Juga: Aksi Bela AHY, DPC Demokrat Banyuwangi Unjuk Ilmu Kebal Bacok Kadernya

Karena itu, menurutnya wajar apabila Moeldoko lebih memilih rebut partai politik yang memiliki 54 kursi di DPR.

Meski dianggap tidak etis, tetapi cara itu dianggapnya lebih mudah bagi seorang Moeldoko menempuh tujuannya di jalur politik.

"Jauh lebih mudah sudah punya nama, sudah punya posisi di DPR buat dia sendiri kalau mau cari kendaraan lebih baik merebut kendaraan yang telah ada daripada membangun dari nol," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI