Suara.com - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan ada "kemungkinan baik" bahwa warga AS bisa menggelar acara kumpul-kumpul pada perayaan Hari Kemerdekaan 4 Juli mendatang, bila semua warga sudah mendapat vaksin Covid-19.
Dalam pidatonya sebagai presiden yang disiarkan kali pertama di televisi di jam tayang utama (primetime), Biden memerintahkan seluruh pemerintah negara bagian memastikan semua warga dewasa dapat menerima vaksin mulai 1 Mei mendatang. Saat ini prioritas vaksin hanya untuk warga lanjut usia maupun yang mengalami kondisi kesehatan tertentu.
Pidatonya berlangsung tepat setahun saat Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi di AS.
- Joe Biden keluarkan 10 perintah eksekutif untuk perangi Covid-19
- Resmi jadi presiden, Biden langsung batalkan kebijakan Trump melalui perintah eksekutif
- Joe Biden gantikan Donald Trump sebagai presiden AS, 'Hari bersejarah dan penuh harapan'
"Bila kita lakukan ini bersama-sama, pada 4 Juli, ada kemungkinan baik bagi Anda, keluarga dan teman-teman Anda untuk bisa bersama-sama di halaman rumah dan merayakan Hari Kemerdekaan," kata Biden.
Baca Juga: Kenalin Evita Chu, Wanita Bandung Perancang Busana Michelle Obama
Dia yakin bahwa AS nanti tidak saja bisa merayakan Hari Kemerdekaan, namun juga "merdeka dari virus [Covid-19] ini."
Dalam rangka memperluas program vaksinasi, jumlah tempat imunisasi akan ditambah. Dokter hewan dan dokter gigi pun diikutkan sebagai petugas vaksinasi.
Unit-unit vaksinasi bermobil akan menjangkau warga-warga di penjuru AS, ujar presiden.
Biden memasang target 100 juta orang sudah divaksinasi pada 100 hari pertama pemerintahannya. Namun, dalam pidato itu, dia optimistis target itu dapat tercapai pada hari ke-60.
Dia pun menyerukan rakyat tetap menjaga jarak, cuci tangan, dan selalu pakai masker wajah saat bepergian.
Baca Juga: Anjing Joe Biden Nakal, Dipulangkan ke Delaware karena Gigit Staf
"Mengalahkan virus ini dan membawa situasi kembali ke normal membutuhkan persatuan nasional," ujarnya.
Setahun lalu, AS dan seluruh dunia menghadapi kenyataan yang brutal. Pandemi virus corona langsung menimpa keseharian warga. Bisnis hancur. Warga mendekam di rumah masing-masing. Kehidupan pun seolah langsung terhenti.
Pada Kamis malam (waktu AS), dalam pidato yang disiarkan kali pertama di televisi di jam tayang utama, Presiden Joe Biden mengatakan ada cahaya di ujung lorong yang gelap.
Kabar baik dari pidatonya ini adalah semua warga dewasa AS akan bisa menerima vaksin mulai bulan Mei. Dia sesumbar, langkah cepat itu merupakan yang terbaik di dunia.
Dalam pesannya yang terpenting adalah semua warga AS harus mendapat vaksin bila gilirannya tiba.
"Saya tahu mereka aman," ujarnya.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari pendukung Partai Republik masih ragu-ragu akan vaksin itu. Bila keraguan itu meluas, janji Biden yang akan membuka sekolah, membolehkan perjalanan serta perayaan Hari Kemerdekaan malah tidak akan terwujud.
Pidatonya ini merupakan bagian dari janji sekaligus peringatan dari Biden. Warga harus terima vaksin, terus jaga jarak, dan pakai masker.
"Amerika kembali [ke normal'," ujarnya. Namun, dia menambahkan, warga Amerika pun perlu mewujudkan hal itu.
Paket stimulus disahkan jadi undang-undang
Sebelumnya, Presiden Biden menandatangani undang-undang pemulihan ekonomi dengan anggaran US$1,9 triliun yang menandakan kemenangan bagi pemerintahannya dalam tahap awal di parlemen.
Undang-undang itu mencakup bantuan langsung tunai US$1.400 (sekitar Rp20 juta), tunjangan pengangguran, dan insentif pajak anak-anak yang bertujuan mengangkat jutaan warga AS dari kemiskinan. Pembayaran stimulus itu akan dimulai bulan ini.
UU tersebut juga menganggarkan US$350 miliar bagi pemerintah negara bagian dan daerah, US$130 miliar untuk pembukaan sekolah, US$49 miliar untuk peningkatan tes dan penelitian Covid-19, dan US$14 miliar untuk distribusi vaksin.
Biden menyatakan paket bantuan itu akan membangun kembali "tulang punggung negeri ini."
Salah satu UU dengan anggaran terbesar dalam sejarah AS itu disahkan Kongres tanpa satu pun dukungan dari politisi Partai Republik yang beroposisi.
Politisi Partai Republik keberatan dengan nilai anggaran UU itu, yang seharusnya bisa lebih rendah. Mereka menyarankan agar bantuan stimulus itu hanya diberikan bagi warga yang kehilangan nafkah selama tahun lalu.
Di AS, pandemi Covid-19 telah menewaskan lebih dari 529.000 jiwa dan menulari lebih dari 29 juta orang.