Cabai Mahal, Cerita Petani Cabai Patroli di Kebun Cegah Maling Datang

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 12 Maret 2021 | 13:25 WIB
Cabai Mahal, Cerita Petani Cabai Patroli di Kebun Cegah Maling Datang
Petani cabai di Desa Grabagan, Kecamatan Grabagan, Tuban, patroli di ladang untuk mencegah pencurian Cabai. [Beritajatim/M Muthohar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga cabai di tingkat pasar di Indonesia naik berlipat-lipat ganda dalam beberapa waktu terakhir, terutama semenjak musim hujan. Sejumlah orang memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan pribadi dengan menghalalkan banyak cara, mencuri cabe di kebun petani misalnya.

Tapi para petani cabai tak mau kecolongan, apalagi waktu panen hampir tiba seperti sekarang.

Sebagian dari mereka mengantisipasi dengan cara menjaga kebun cabai masing-masing, terutama setelah hari menjadi gelap, dimana pencuri biasa beroperasi.

Jurnalis Beritajatim.com hari ini menemui sejumlah petani cabai di Desa Grabagan, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, untuk meliput bagaimana para petani mencegah pencurian terjadi.

Baca Juga: Harga Cabai Caplak Tinggi, Penjual Ayam Geprek Pilih Tutup Usaha

“Ini sudah mulai waktunya panen sebentar lagi. Kita berjaga-jaga atau bahasa Jawanya Kemit supaya tidak terjadi pencurian,” ujar petani bernama Basino (45).

Para petani di kawasan tersebut secara rutin patroli di ladang-ladang mereka.

Kecamatan Grabagan menjadi salah satu sentra penghasil cabai di Jawa Timur.

Mereka tidak ingin kejadian beberapa tahun yang lalu ketika harga cabai sedang mahal-mahalnya, cabai di kebun ludes digasak maling. Salah satu korban pencuriannya Basino.

“Dulu pernah kemalingan. Yang nyuri itu ngambilnya langsung sekalian sama pohon-pohonnya dibabati (ditebang) semua,” kata Basino.

Baca Juga: Rebus Cabai Rawit Merah, Wanita Ini Syok Lihat Warnanya Luntur dan Bau Cat

Basino mengelola ladang seluas 1/4 hektare dan diperkirakan menghasilkan cabai sebanyak satu kwintal.

"Jaga malam akan kami lakukan sampai panen. Tujuannya antisipasi pencuri cabai," ujar Basino ketika diwawancara jurnalis blokTuban.com.

Berangkat malam pulang pagi

Basino dan dua temannya berangkat dari rumah mereka pukul 20.00 WIB dan biasanya baru pulang dari ladang pukul 04.00 WIB.

Dengan memakai senter, mereka mengelilingi kebun dan mengamati setiap sudutnya. Para petani biasanya melengkapi diri dengan pentungan sebagai alat pertahanan diri jika ada ancaman.

"Kalau hujan kami berteduh di gubuk. Supaya tidak digigit nyamuk membuat perapian, sekaligus untuk menghangatkan tubuh," kata dia.

Rekan Basino, Tari, bersyukur sejak harga cabai mahal pada musim sekarang, belum terjadi pencurian.

Dia berharap jangan sampai kejadian pada tahun 2019 terulang lagi. Ketika itu, pencurian cabai di kebun sering sekali terjadi. Maling tak hanya mengambil cabai, tetapi juga pohon-pohonnya.

Perbuatan itu yang membuat petani cabai di Grabagan geram dan sekarang memberlakukan jaga malam.

Basino juga bercerita pada musim tanam tahun lalu, para petani cabai rugi karena harganya murah.

Untuk musim tanam kali ini banyak petani yang gagal karena tamanan mati dan juga tidak bisa berbuah sehingga cabai menjadi komoditi yang amat mahal.

“Tahun kemarin panen banyak, tapi harganya murah. Mumpung sekarang harga mahal makanya ini kita jaga, soalnya yang berhasil tanam bagus juga sedikit,” kata Tari.

Saat ini, harga cabai rawit merah di pasar Kabupaten Tuban harganya masih di kisaran Rp120 ribu sampai Rp125 ribu per kilogram.

Tari mengatakan di Desa Grabagan setiap satu hektare  bisa memproduksi lima kwintal cabai.

Para petani berharap saat panen tiba sekitar 10 hari lagi, mereka menikmati keuntungan. "Semoga saat panen nanti harga masih mahal," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI