Mau Polisikan AHY, DPP Demokrat Sebut Jhoni Allen Feodal

Jum'at, 12 Maret 2021 | 12:29 WIB
Mau Polisikan AHY, DPP Demokrat Sebut Jhoni Allen Feodal
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono AHY (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menganggap jika pernyataan Jhoni Allen Marbun terkait mukadimah dan AD/ART Partai Demokrat mencerminkan gaya feodalisme dalam berorganisasi dan obskurantis. Jhoni dinilai belum move on.

Hal itu disampaikan Kamhar menanggapi tindakan Jhoni Allen sebagai Sekjen Partai Demokrat kubu Moeldoko yang berencana melaporkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke polisi terkait tudingan memalsukan akta AD/ART partai pada Kongres 2020, termasuk mukadimah partai.

Namun menurut Kamhar, kongres memang memungkinkan untuk mengubah baik mukadimah maupun AD/ART jika memang sudah kesepakatan.

"Mukaddimah dalam AD/ART yang menjadi roh, jiwa dan visi besar organisasi. Ini sangat mungkin direvisi jika dipandang perlu untuk merespon dinamika dalam ruang dan waktu sehingga lebih adaptif dan relevan, tak anakronis. Pernyataan JAM tentang ini mencerminkan sikap feodal dalam berorganisasi dan obskurantis," tutur Kamhar kepada wartawan, Jumat (12/3/2021).

Baca Juga: Gugat 10 Orang ke PN Jakpus, AHY Tunjuk Eks Pimpinan KPK jadi Pengacara

Kamhar mengatakan kubu Moeldoko terindikasi gagal move on dan terjebak pada romantisme masa lalu. Di mana, kata Kamhar pada masa terdahulu mereka memegang posisi penting dan strategis, terlebih saat itu Partai Demokrat sebagai partai pendukung utama pemerintah.

Kamhar berujar kubu Moeldoko mengabaikan regenerasi dan sulit menerima kenyataan kehilangan kekuasaan sebagai konsekuensi pergantian kepengurusan serta posisi Partai Demokrat yang kini berada di luar pemerintahan.

"Karenanya melalui KLB ini mereka berharap syahwat ingin berkuasanya dapat terlayani, baik sebagai jajaran pimpinan utama Partai Demokrat maupun sebagai bagian dari koalisi pemerintah yang mendapatkan akses dan porsi menikmati kue kekuasaan. Ini terkonfirmasi dari pernyataan kelompok KLB abal-abal ini, yang menyatakan mempersiapkan kader masuk di pemerintahan," kata Kamhar.

Selain soal itu, Kamhar menilai ada indikasi yang membuat kubu Moeldoko gagal move on. Yakni dengan pernyataan merela yang masih menggunakan AD/ART 2005 sebagai pedoman dan acuan memberi legal standing terhadap kongres luar biasa (KLB) Deli Serdang.

"Ini sulit diterima dan bertentangan dengan akal sehat. Di organisasi mana pun, AD/ART yang berlaku sebagai hukum adalah AD/ART yang terbaru yang disepakati dan ditetapkan dalam forum pengambilan keputusan untuk itu yang sah dan legal. Artinya bagi Partai Demokrat adalah hasil Kongres V tahun 2020 di Jakarta," kata Kamhar.

Baca Juga: Ancaman Moeldoko Dkk Mau Polisikan Cuma Gertakan, Kubu AHY: Keburu Malu

"Memaksakan penggunaan AD/ART tahun 2005 ini bentuk ketololan absolut. Bertentangan dengan sunatullah yang mengabaikan proses gerak dan dinamika perubahan dalam ruang dan waktu," pungkasnya.

Ancam Laporkan AHY

Jhoni Allen sebelumnya mengaku akan melaporkan AHY ke Bareskrim Polri lantaran dianggap memalsukan akta AD/ART partai pada Kongres 2020, termasuk mukadimah partai.

"Kita juga akan melaporkan AHY karena memalsukan akta AD/ART 2020 khususnya mengubah mukadimah dari pendirian partai," kata Jhoni Allen di kediaman Moeldoko, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/3/2021). 

Dia mengungkapkan, mukadimah partai tidak diubah secara sembarangan, apalagi hanya lewat kongres. Menurutnya, harus melalui mekanisme, semisal melalui pengadilan.

"Hanya boleh di pengadilan sama seperti UUD 1945 tidak boleh berubah mukadimahnya, pasal-pasal boleh berubah sesuai kebutuhan," ungkapnya. 

Jhoni menyebut, salah satu subtansi yang diubah dalam mukadimah partai adalah dimasukkannya nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai founding father partai berlambang bintang merci itu.

Menurut Jhoni, hal itu diklaimnya menyalahi aturan dalam Pasal 5 UU Partai Politik. 

"Salah satu di situ yang paling bahwa SBY the founding father. Enggak ada di daftar itu, dan semua dari kalimat awalnya bahkan kata-katanya, seluruhnya berubah total. Dan itu melanggar akta pendirian Partai Demokrat, memalsukan dan itu bukan kewenangan kemenkumham, itu adalah kewenangan akta notarial dan itu akan kita buktikan," tuturnya. 

Lebih lanjut, ketika ditanya kapan akan mempolisikan AHY, Jhoni menjawab, saat ini laporannya sedang disusun. Nantinya, hanya AHY seorang yang akan diperkarakan. 

"Hanya AHY karena dia yang bertanggung jawab di semua AD/ART, dia penanggung jawab utama bukan DPP," katanya. 

Untuk diketahui, Demokrat saat ini sedang menghadapi badai perpecahan di internal partai.

Konflik terjadi antara Partai Demokrat kubu AHY dengan KLB Demokrat di Deli Serdang Sumatera Utara, yang menjadikan Moeldoko sebagai ketua umum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI