Suara.com - Pemerintahan militer Myanmar menuduh Aung San Suu Kyi menerima uang US$600.000 (Rp8,6 miliar) dan emas secara ilegal.
Ini tuduhan terkuat yang dijatuhkan militer sejak menggulingkan Suu Kyi dan pemerintahan demokratis negara itu pada 1 Februari.
Tidak ada bukti yang ditunjukkan militer untuk tuduhan ini.
Baca juga:
Baca Juga: Biarawati Myanmar Hadapi Aparat Saat Selamatkan Nyawa Demonstran
- Perempuan Myanmar lawan kudeta militer dengan revolusi sarung
- Membandingkan taktik pembangkangan sipil ala Myanmar dengan demo 1998 di Indonesia
- Mengapa Indonesia diharapkan membantu mengatasi kudeta militer Myanmar?
Sementara itu, organisasi pemantau HAM Amnesty menuduh pemerintah melakukan "pembantaian".
Mereka mengatakan militer menggunakan persenjataan perang untuk menyerang para pengunjuk rasa yang tak bersenjata dan melancarkan pembunuhan terencana.
"Ini bukanlah tindakan petugas individu yang kewalahan dan membuat keputusan buruk," kata anggota Amnesty Joanne Mariner.
"Ini adalah para komandan yang tidak menunjukkan penyesalan, dan telah terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, mengerahkan pasukan mereka dan metode pembunuhan secara terang-terangan," katanya.
Perkembangan terbaru unjuk rasa
Sedikitnya tujuh orang tewas di tangan aparat keamanan pada Kamis (11/03), menambah jumlah korban jiwa hingga lebih dari 60 orang.
Baca Juga: Fadli Zon: Situasi Memanas, BKSAP DPR Kutuk Rezim Kudeta Myanmar
Saksi mata mengatakan beberapa pengunjuk rasa ditembak di bagian kepala.
Enam kematian itu terjadi di kota Myaing.
https://twitter.com/pakhead/status/1369949731934248961
Korban lainnya jatuh di distrik Dagon Utara, Yangon. Seorang pemuda berusia 25 tahun bernama Chit Min Thu meninggal setelah tertembak di bagian kepala.
"Tidak ada yang akan berdamai sampai situasi ini selesai. Mereka sangat kejam memperlakukan anak saya," kata ibunya, Hnin Malar Aung kepada kantor berita AFP.
Tuduhan terhadap Suu Kyi
Brigadir Jenderal Zaw Min Tun juga menuduh Presiden Win Myint dan beberapa menteri dalam kabinet melakukan korupsi.
Partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang telak dalam pemilihan tahun lalu, namun militer kini mengeklaim pemilihan tersebut curang.
Pengamat independen dari berbagai negara membantah klaim militer - menyatakan tidak ada penyimpangan yang ditemukan.
Suu Kyi telah ditahan selama lima pekan terakhir di tempat yang dirahasiakan dan menghadapi beberapa dakwaan termasuk "menyebabkan keresahan dan ketakutan", kepemilikan ilegal peralatan radio, dan melanggar pembatasan Covid-19.
Dakwaan menerima sesuatu secara ilegal yang dijatuhkan pada hari Kamis adalah yang paling serius sejauh ini.
Nilai emas yang dituduh militer ia terima secara ilegal kira-kira Rp9 miliar.
Myanmar telah diramaikan dengan unjuk rasa di jalanan sejak militer merebut kekuasaan dan menahan Suu Kyi. Gambarnya diusung oleh para pengunjuk rasa.
PBB, AS, dan banyak negara lain telah mengecam pembunuhan warga sipil dalam tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa anti kudeta di Myanmar, dan meminta otoritas untuk menahan diri.
Militer telah menepis kritik atas tindakannya, alih-alih menyalahkan Suu Kyi atas kekerasan yang terjadi.