Dalam cuitan lainnya, Andi Arief menjelaskan bahwa AHY pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Hal itu ia lakukan untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabat sebelumnya mengundurkan diri.
Dari penjelasannya itu, Andi Arief menilai AHY bekerja keras dan berkeringat untuk Demokrat sedangkan Moeldoko tidak.
"Setelah Pileg 2019, AHY dalam perubahan susunan pengurus menjadi Waketum Partai, mengisi kekosongan jabatan wakil ketua umum karena mengundurkan diri. Susunan pengurus baru itu disetujui juga dengan SK menteri Kumham. Jadi AHY beda lagi dengan Moeldoko yang tak berkeringat di Demokrat," ujar Andi Arief.
Proses AHY jadi Ketua Umum
Andi Arief menegaskan proses terpilihnya AHY menjadi Ketum tidak didesain secara aklamasi. Karena hanya AHY yang mendaftar, maka seluruh peserta kongres mendukung AHY secara aklamasi.
"Jelang kongres 2020, SBY ketua majelis tinggi dapat aspirasi tertulis dari semua ketua DPD/DPC. Ada 3 aspirasi, calonkan kembali SBY, ikut arahan SBY, mencalonkan AHY. Kongres tidak didisain aklamasi, dibuka bagi kader ingin calonkan diri. Saat pendaftaran AHY didukung 95% dpd/dpc," tulis Andi Arief.
"Karena hanya AHY yang mendaftar saat kongres dan angka dukungan menurut tatib aklamasi (dalam tatib bisa mencalonkan diri 25 %), maka seluruh peserta kongres mendukung AHY secara aklamasi. Sedangkan jabatan ketua majelis tinggi tetap SBY karena amanat kongres 2015 Surabaya," lanjutnya.
Minta Moeldoko bertobat
Dalam rangkaian cuitan itu, Andi Arief juga berharap supaya Moeldoko bertobat. Ia menegaskan bahwa Partai Demokrat bukanlah partai yang pragmatis.
Baca Juga: Kubu Moeldoko Sebut Mahar Pilkada Buat Beli Kantor DPP Demokrat
Ia juga menyinggung nama beberapa mantan tokoh senior Demokrat seperti Marzuki Alie, Johni Alen, dan juga Nazarudin.