Jokowi Disambut Tarian Petruk, Rocky Gerung: Ini Untuk Mengingatkan Istana

Kamis, 11 Maret 2021 | 21:16 WIB
Jokowi Disambut Tarian Petruk, Rocky Gerung: Ini Untuk Mengingatkan Istana
Rocky Gerung. (Suara.com/Muhamad Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meninjau vaksinasi 500 seniman Jogja yang disambut rombongan Petruk di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Bantul, Rabu (10/3/201).

Rocky Gerung mengungkit reaksi publik yang mengindentikkan Petruk dengan Pinokio, tokoh dengan hidung panjang saat sedang berbohong.

Menurut Rocky Gerung, persembahan dari tim Butet Kartaredjasa tersebut merupakan salah satu bentuk sindiran yang harus didengar baik oleh Istana.

Bukan tanpa alasan, kata dia ada beberapa pesan penting yang bisa ditarik oleh Pemerintahan Jokowi, diantaranya terkait kepemimpinan, etika, dan integritas.

Baca Juga: Heboh Akad Nikah Mewah di Bioskop, Publik Langsung Sedih Pas Bayangin Biaya

"Begitu nama Butet, itu pasti isinya sindiran. Kan Butet gak bisa kita tafsirakan lain kecuali menganggap dia penyindir satire melalui karakter pewayangan," kata Rocky Gerung dikutip Suara.com dari tayangan dalam saluran YouTube-nya, Kamis (11/3/2021).

Rocky Gerung soal Jokowi disambut Tarian Petruk (YouTube).
Rocky Gerung soal Jokowi disambut Tarian Petruk (YouTube).

"Di kalangan seniman, saya kenal kultur seniman Jogja nyeleneh, ngeledek. Kita jangan lihat ngeledeknya, tapi kita pahami isi seniman Jogja yang berupaya memberi pesan pentingnya kepemimpinan, etika, integritas dan figur Petruk justru ngeledek tapi ada lucunya. Petruk jadi raja. Hal yang gak pernah dibayangkan orang," sambungnya.

Menyoal hal itu, Rocky Gerung mengatakan bahwa sekarang banyak pesan yang artinya sublimasi atau menggantikan sesuatu dalam upaya tidak terlalu menghina atau semacamnya.

Namun, dia merasa hal tersebut bagi orang Jawa justru menjadi simbol sinisme yang sangat dalam dan bisa menjadi pengingat bagi istana.

"Jadi seharusnya kita mau cari satu lokal wisdom dari peristiwa itu untuk mengingatkan istana atau kekuasaan bahwa sinisme bahkan masuk sampai masuk ke wilayah kepekaan estetik," papar Rocky.

Baca Juga: Fahri Hamzah Pamer Lobster, Susi Pudjiastuti Beri Kritikan Menohok

"Seringkali seni dimaksudkan untuk memberikan sindiran ke kekuasaan. Seni berfungsi meluruskan akal sehat, batin sehat. Butet tahu beri pesan rawatlah batin bangsa, kalau punya ambisi ditakar, ambisi lebih itu bisa membahayakan," tambahnya tegas.

Rocky Gerung berharap, pesan sebagaimana dimaksud yakni istana berbenah bisa sampai ke telinga Jokowi.

"Tapi mungkin Jokowi menganggap ini pujian karena kemampuan beliau membedakan sindiran dan realitas makin lama makin menyusut," tandasnya.

Butet Soal Tarian Petruk Divaksin

Butet mengatakan, tarian tersebut diberinya judul "Petruk Divaksin". Dia mengaku memilih tarian dengan tokoh Petruk itu karena suka dengan koreografi dan musiknya, karya Pardiman dari Acapella Mataraman.

"Lucu, jenaka, gitu, jadi gerakan-gerakannya itu komikal," tutur Butet.

Putra seniman legendaris Bagong Kussudiardja itu pun menjelaskan kesamaan antara Jokowi dan Petruk.

"Ya pertama Petruk itu kan, satu, Punakawan ya dalam khazanah dunia pewayangan. Lucu, dan Pak Jokowi kan juga sering dimaknai sebagai Petruk -- rakyat kecil, punya komitmen untuk berjuang mensejahterakan kehidupan ini, jadi paslah karakter dari tokoh Punakawan ini, orang biasa yang suatu hari punya kesempatan untuk memimpin," terang Butet.

Dirinya pun mengungkapkan, saat disambut rombongan Petruk, Jokowi senang dan kepadanya, berkata, "Lucu, Mas. Tariannya lucu."

Merespons reaksi warganet soal Pinokio dan Petruk, Butet mempersilakan siapa pun memaknai seni dengan bebas, termasuk tarian Petruk yang menyambut Jokowi itu.

"Bolah boleh saja, mau diinterpretasikan apa saja. Kalau Petruk, faktanya memang hidungnya panjang. Itulah seni. Seni itu multitafsir," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI