Jelaskan "Situasi Nyata" ke AS, Junta Myanmar Bayar Pelobi Israel Rp 28 M

Rabu, 10 Maret 2021 | 18:10 WIB
Jelaskan "Situasi Nyata" ke AS, Junta Myanmar Bayar Pelobi Israel Rp 28 M
Panglima militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Militer Myanmar menyewa seorang pelobi berdarah Israel-Kanada dengan bayaran Rp 28 miliar untuk membantu menjelaskan "situasi sebenarnya" kepada Amerika Serikat dan negara lain.

Menyadur Sky News, Rabu (10/3/2021) dalam dokumen yang diajukan ke Departemen Kehakiman AS, Ari Ben-Menashe akan disewa junta Myanmar untuk menjelaskan "situasi sebenarnya" di negara tersebut.

Itu terjadi setelah lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dan 1.900 ditangkap sejak 1 Februari ketika militer merebut kekuasaan dan menahan para pemimpin sipil termasuk Aung San Suu Kyi.

Ari Ben-Menashe dan perusahaannya, Dickens & Madson Canada, akan mewakili pemerintah militer Myanmar di Washington.

Mantan pedagang senjata tersebut juga akan melobi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Israel dan Rusia, dan badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perusahaan yang berbasis di Montreal akan "membantu penyusunan dan pelaksanaan kebijakan untuk pembangunan yang menguntungkan bagi Republik Persatuan Myanmar, dan juga untuk membantu menjelaskan situasi nyata di negara tersebut," jelas dokumen tersebut.

Pria kelahiran Teheran tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa dia ditugaskan untuk meyakinkan AS bahwa para jenderal Myanmar ingin bergerak lebih dekat ke Barat dan menjauh dari China.

Dia menambahkan bahwa para jenderal ingin memukimkan kembali Muslim Rohingya yang melarikan diri dari serangan militer tahun 2017 di mana PBB menuduh para jenderal yang sama melakukan genosida.

Kabar tersebut langsung mendapat kritik keras dari berbagai pihak, salah satunya adalah John Sifton, direktur advokasi Asia di Human Rights Watch.

Baca Juga: Dewan Militer Myanmar Beredel 5 Media, Ada Editor yang Ditangkap

"Sangat tidak masuk akal bahwa dia bisa meyakinkan Amerika Serikat tentang narasi yang dia usulkan." ujar John Sifton.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI