Suara.com - Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan salah satu daerah penghasil cabai rawit terbanyak di Indonesia. Di tengah mahalnya hargai cabai rawit yang dirasakan hampir semua masyarakat di negeri ini, apakah di daerah sentranya juga mahal?
Menurut liputan jurnalis Beritajatim.com, ternyata harga cabai rawit di sana juga mahal, bahkan sampai Rp110 ribu per kilogram.
Kenaikan harga dirasakan oleh sejumlah pedagang bumbu dapur di pasar tradisional, seperti Iman, sejak akhir 2020.
Akhir tahun lalu, harganya masih berada pada kisaran Rp50 ribu per kilogram. "Tapi sekarang sudah sampai Rp100 ribu lebih,” kata Iman ketika ditemui jurnalis Beritajatim.com, Sabtu (6/3/2021).
Baca Juga: Dilema Pedagang Jeruk Nipis di Banyuwangi: Dibuang Sayang, Dijual Tak Laku
Cabai rawit merupakan salah satu bumbu yang "wajib" ada di setiap dapur warga. Walaupun mahal, cabai tetap dibeli, tentu saja jumlahnya lebih sedikit dibandingkan ketika harga masih murah.
“Kalau pembeli tetap ada, tapi jumlahnya dikurangi,” ujar Iman.
Menurut Iman, faktor cuaca ikut mempengaruhi stok cabai rawit terbatas dan harganya semakin mahal.
Cuaca yang tak mendukung membuat hasil panen petani berkurang karena banyak tanaman yang mengalami rusak.
“Di sini itu salah satu penghasil cabai rawit terbesar. Tapi sekarang stoknya berkurang karena cuaca,” kata Iman.
Baca Juga: Gayanya Mantap, Wanita Ini Asyik Joget India saat Belanja Sayuran di Pasar
Dengan harga yang mahal seperti sekarang, stok cabai rawit dirasa Iman memang tidak perlu terlalu banyak agar cepat habis.
“Ya kalau begini nggak perlu nyetok banyak, agar cepat habis. Kalau banyak, tapi pembeliannya sedikit kan kita yang bakal rugi soalnya stoknya lama habis bisa membuat cabai rawit rusak,” kata dia.
Seorang pembeli cabai rawit bernama Sri mengatakan sekarang benar-benar harus menghembat pengeluaran.
“Biasanya kalau murah bisa beli satu kilo, sekarang begini satu ons campur dengan bumbu lain. Harganya mahal, belum lagi beli berasnya. Paling ini hanya bisa buat nyambel saja. Kalau keperluan lain berat,” kata Sri ketika ditemui di salah satu pasar tradisional Banyuwangi.
Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pun demikian: tembus Rp75 ribu per kilogram dari harga normal Rp15 ribu per kilogram.
"Harga cabai melonjak hingga menjadi Rp75 ribu per kilogram padahal pada bulan lalu masih pada harga kisaran Rp15 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram," kata pedagang bernama Syamsiah di Pasar Terong, Makassar, dalam laporan Antara.
Menurut dia, peningkatan harga cabai yang diperoleh dari pihak distributor itu mulai bergerak naik pada awal Maret 2021, dengan alasan persediaan berkurang.
Hal senada dikemukakan pedagang lainnya Rosmawati di Pasar Pannampu, Makassar.
Dia mengatakan, kurangnya persediaan cabai yang dibawa pedagang pengumpul, karena alasannya cabai di tingkat petani berkurang akibat musim hujan.
"Karena itu, kalau biasanya saya mampu membeli satu karung kecil cabai, kini hanya bisa membeli sepertiga karung dari ukuran 25 kilogram saja," katanya.
Menanggapi tingginya harga cabai di pasaran, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan Budi Hanoto mengakui jika harga cabai dapat menjadi pemicu inflasi di Sulawesi Selatan.
Kendati pergerakan inflasi pada Januari - Februari 2021 telah dilansir penyebab inflasi di Sulaesi Selatan adalah kelompok makanan, namun belum sepenuhnya dipicu oleh komoditi cabai.
Operasi pasar murah
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dengan Pemerintah Provinsi Jakarta memastikan akan menggelar pasar murah cabai untuk mengantisipasi tren naiknya harga komoditas itu di Ibu Kota.
Gelar Pangan Murah, kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta Suharini Eliawati, menyasar produk pangan segar seperti beras, cabai merah keriting, cabai rawit merah, telur ayam, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan minyak goreng.
"Pelaksanaannya pada 8-30 Maret 2021 di 55 lokasi pasar serta dua Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Klender dan TTIC Pasar Minggu," katanya.
Dia menyebut, khusus harga cabai saat ini masih tinggi yakni sekitar Rp122.438 per kilogram dan sekitar Rp58.228 per kilogram.
"Harga GPM pasti jauh dari harga pasar. Kualitas baik dan murah. Untuk harga cabe rawit merah dijual Rp75.000 per kilogram, cabai merah keriting dijual Rp50.000 per kilogram," katanya.
Pelaksanaan GPM juga menjual pangan lain yaitu:
1). Beras 5 kilogram= Rp44.000
2). Bawang merah Rp25.000 per kilogram
3). Bawang Putih Rp19.500 per kilogram
4). Gula Pasir Rp12.000 per kilogram
5). Telur Ayam Rp22.500 per kilogram
6). Minyak Goreng Rp11.500/900 ml
"GPM ini merupakan upaya pemerintah untuk membantu masyarakat mendapatkan pangan murah terjangkau dengan kualitas baik, GPM juga merupakan bagian dari upaya penstabilan harga pangan. Diperkirakan selesai GPM harga cabai di Jakarta sudah berangsur turun normal kembali," katanya.
Untuk itu, tambah dia, masyarakat Jakarta tidak perlu panik karena Pemprov DKI Jakarta akan menjamin kecukupan/ketersediaan pangan bagi Jakarta.
Sebagai gambaran stok pangan penting Jakarta dalam menghadapi Ramadhan, adalah: beras ketersediaannya 360.979 ton kebutuhan dan untuk satu bulan ke depan hanya perlu 103.833 ton.
Daging sapi beku ketersediaan 7.595 ton, kebutuhan satu bulan ke depan 5.609 ton
Gula pasir ketersediaan 21.751 ton, kebutuhan satu bulan ke depan 6.309 ton
Bawang Putih ketersediaan 1.722 ton, kebutuhan satu bulan ke depan 1.522 ton
Bawang merah ketersediaan 2.500 ton, kebutuhan satu bulan ke depan 2.441 ton
Minyak goreng ketersediaan 7.977 ton, kebutuhan satu bulan ke depan 7.840 ton
"Terkait penyediaan pangan maka pemerintah Jakarta akan mengoptimalkan peran BUMD pangan dalam penyediaan pangan Jakarta dan BUMD harus menguasai stok pangan untuk jaminannya selain pemberdayaan para pelaku usaha pangan swasta yang menjadi mitra," tuturnya.