Kisah Siswi Nigeria yang Diculik Pada Tengah Malam, Dibawa ke Hutan

SiswantoBBC Suara.Com
Senin, 08 Maret 2021 | 10:43 WIB
Kisah Siswi Nigeria yang Diculik Pada Tengah Malam, Dibawa ke Hutan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang anak perempuan yang diculik dari sebuah sekolah menengah di Nigeria mengatakan dia tetap ingin kembali ke sekolah jika situasinya memungkinkan, meskipun telah melalui pengalaman yang berat dan mengerikan.

Saat berbicara dengan BBC Hausa, gadis yang identitasnya kami rahasiakan karena alasan keamanan, menceritakan ketakutannya saat orang-orang bersenjata menangkap 279 siswi di negara bagian Zamfara dan menggiring mereka ke hutan.

"Saya benar-benar ingin kembali ke sekolah karena saya menginginkan masa depan yang cerah ... tetapi kami butuh pemerintah untuk menjaga sekolah kami sehingga saya bisa berani untuk kembali [bersekolah]," ujarnya.

Dia menceritakan ledakan keras dan suara tembakan yang membangunkan mereka sekitar pukul 01:00 pada Jumat (26/02) lalu, ketika sekelompok orang bersenjata masuk ke asramanya, dan mengejutkan banyak siswa.

Baca Juga: Ratusan Murid yang Diculik Kelompok Bersenjata Dibebaskan

"Kami mengira guru kami yang membangunkan kami untuk salat Subuh.

"Kemudian ada tembakan saat orang-orang masuk ke asrama - saat itu kami semua berteriak," katanya.

Para pria itu kemudian mengancam akan menembak siapa pun yang terus berteriak dan membuat anak-anak perempuan itu semakin ketakutan.

Semua siswi kemudian dibawa ke satu tempat pertemuan dan diminta untuk menunjukkan asrama lain oleh para penculik mereka.

"Beberapa dari mereka bersama kami sementara yang lain pergi ke asrama-asrama dan membawa siswi lainnya. Kemudian mereka memerintahkan kami keluar dari sekolah, menembak ke udara, dan menggiring kami ke hutan di belakang sekolah," katanya.

Baca Juga: Puluhan Pelajar Nigeria yang Diculik Kelompok Bersenjata Akhirnya Bebas


Banyak dari siswi perempuan itu tidak memakai sepatu saat mereka berjalan bermil-mil di antara semak berduri di hutan, beberapa anak hanya mengenakan pakaian tidur, sementara satu orang berhasil menarik sprei tempat tidurnya saat beranjak dari asrama.

Sprei itu kemudian menyelamatkan salah satu rekannya dari cuaca yang dingin.

Semua 279 gadis yang diculik oleh pria bersenjata yang menyerang Sekolah Menengah Perempuan Negeri di Jangebe sekarang telah dibebaskan.

Namun, gadis-gadis yang sekarang telah kembali ke rumah masing-masing itu mengalami trauma lebih lanjut pada hari Rabu (03/03) ketika angkatan bersenjata dilaporkan melepaskan tembakan saat mereka dipersatukan kembali dengan orang tua mereka.

Setidaknya tiga orang dilaporkan tertembak pada upacara penyerahan resmi itu, tetapi tidak jelas apakah ada korban jiwa.

'Mereka menyembunyikan kami di dalam gua'

Setelah berjalan bermil-mil dalam kegelapan hutan, gadis-gadis itu dipaksa oleh para penculik mereka untuk tidur di dalam gua.

"Kami melakukan perjalanan setidaknya selama 12 jam ... pada saat kami tiba di kamp mereka, kami sangat lelah.

"Mereka membagi kami menjadi dua kelompok. Ada dua pohon besar dengan gua-gua lebar di dekat aliran air, dan mereka meminta setiap kelompok untuk masuk ke dalam gua.

"Gua itu terlalu kecil untuk setiap kelompok, tapi begitulah cara kami bertahan," katanya.

Dia mengatakan bahwa tidak semua anak sanggup mengikuti perjalanan itu.

"Mereka tidak datang dengan membawa kendaraan, tetapi ketika kami sampai di sebuah gunung besar dan mereka menyadari sebagian besar dari kami lelah dan tidak dapat melanjutkan perjalanan, mereka memanggil agar dibawakan sepeda motor.

"Mereka yang kelebihan berat badan atau lemah diizinkan naik sepeda motor, tetapi sebelumnya mereka dicambuk oleh para pria itu," katanya.

Di kamp, gadis-gadis itu dipaksa memasak makanan mereka sendiri dan para penculiknya mengantar mereka ke sungai untuk mengisi jerigen dengan air.

Makanannya adalah nasi, kacang-kacangan, dan tepung jagung guinea yang mereka makan bersama, makanan yang sama, dua kali sehari.

Gadis itu mengatakan penculik mereka hanya berbicara dalam bahasa Fulfulde, bahasa yang digunakan oleh orang-orang Fulani di Nigeria utara.

Dia tidak mengerti bahasanya tapi beberapa temannya menguasai bahasa tersebut menerjemahkan untuk yang lain.

'Kami berteriak dalam kebahagiaan'

Pada suatu kesempatan, mereka mendengar para penculik mengatakan bahwa para siswi tidak akan selamat jika pemerintah tidak membayar uang tebusan.

Gubernur negara bagian Zamfara mengatakan tidak ada uang tebusan yang dibayarkan untuk membebaskan gadis-gadis itu, tetapi dia telah bernegosiasi melalui bandit-bandit lainnya yang telah bertobat.

Cara negosiasi tidak berarti apa-apa bagi para anak perempuan itu, yang terkejut pada hari mereka dibebaskan.

"Mereka tidak memberi tahu kami bahwa kami akan pulang hari itu. Setelah matahari terbenam seusai makan malam, mereka meminta kami untuk pindah.

"Kami mengira mereka mengubah lokasi kami dan setelah berjalan lama, beberapa dari kami mulai mengeluh," katanya.

Mereka kemudian diteriaki oleh orang-orang yang mengungkapkan kepada mereka bahwa mereka akan pulang.

"Kami mulai berteriak dalam kebahagiaan tetapi mereka menghentikan kami. Setelah perjalanan panjang, mereka berhenti di satu titik dan mengatakan kepada kami untuk lanjut sampai kami bertemu dengan petugas keamanan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI