Suara.com - Sedikitnya 20 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka akibat bom mobil bunuh diri di luar sebuah restoran dekat pelabuhan di ibu kota Somalia.
Menyadur Al Jazeera, Sabtu (6/3/2021) insiden mematikan tersebut terjadi di Kota Mogadishu pada Jumat malam waktu setempat.
Ledakan tersebut membuat kepulan asap tebal ke langit dan memicu tembakan, saksi mata dan media milik negara melaporkan.
"Sejauh ini kami telah membawa 20 orang tewas dan 30 luka-luka dari lokasi ledakan," kata Dr Abdulkadir Aden, pendiri layanan Ambulans AAMIN, kepada kantor berita Reuters.
Baca Juga: Bom Meledak di Somalia, Lima orang Dilaporkan Tewas
Ledakan itu terjadi di depan sebuah restoran bernama Luul Yaman yang terletak di dekat pelabuhan, kata seorang saksi mata.
"Sebuah mobil yang melaju kencang meledak di restoran Luul Yaman. Saya pergi ke restoran tapi lari kembali ketika ledakan mengguncang dan asap menutupi daerah itu," kata seorang warga, Ahmed Abdullahi.
Juru bicara polisi Sadiq Ali Adan menuding serangan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata al-Shabab, yang terkait dengan al-Qaeda dan sering menargetkan Mogadishu dengan pemboman. Restoran Luul Yemani juga diserang tahun lalu.
Setidaknya satu bangunan di dekat restoran itu runtuh setelah ledakan dan orang-orang dikhawatirkan terjebak di reruntuhan. Pengeboman terjadi pada waktu makan malam ketika restoran sudah penuh.
Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim dan mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri tersebut.
Baca Juga: Parlemen Somalia Dukung Perdana Menteri Baru
"Ledakan itu sangat berat dan menimbulkan kerusakan besar serta korban sipil. Operasi masih berlangsung untuk mengetahui jumlah pasti korban," kata Mohamed Osman, seorang petugas keamanan.
Al-Shabab sering melakukan pemboman semacam itu di Somalia dan di tempat lain sebagai bagian dari kampanyenya untuk menggulingkan pemerintah pusat.
Keamanan di Mogadishu sangat ketat, pemerintah menerjunkan ribuan pasukan untuk mengantisipasi demonstrasi yang direncanakan pada hari Sabtu oleh aliansi pemimpin oposisi atas pemilihan nasional negara yang tertunda.