Suara.com - Paus Fransiskus akan bertolak ke Irak pada Jumat (05/03) dalam kunjungan pertama seorang paus di negara itu sekaligus lawatan perdananya ke luar negeri sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
Kunjungan selama empat hari itu akan difokuskan pada pertemuan dengan komunitas Katolik di Irak yang kian menyusut serta pada dialog lintas agama.
Paus Fransiskus dijadwalkan menemui ulama Syiah terkemuka di Irak, berdoa di Mosul, serta menggelar misa di sebuah stadion.
Dia berkeras untuk bepergian walau angka penularan Covid-19 di Irak meningkat serta ada kekhawatiran terkait keamanannya.
Baca Juga: Jumat Pekan Ini, Paus Fransiskus Dijadwalkan akan Mendarat di Irak
Baca juga:
- Natal umat Katolik di Bulukumba dihantui 'ancaman', pegiat keberagaman: 'dialog dapat atasi Kristen fobia'
- Masa Pra-Paskah yang 'suram' bagi para pengungsi Intan Jaya
- Natal pasca pembunuhan di Sigi: Pesan 'kasihilah musuhmu' dan dukungan warga Muslim untuk atasi trauma
Beberapa jam setelah serangan roket ke sebuah pangkalan militer yang menampung pasukan AS pada Rabu (03/03), Paus menegaskan bahwa umat Katolik di Irak tidak boleh "dikecewakan kedua kalinya".
Pada 1999, Paus Yohanes Paulus II membatalkan kunjungannya ke Irak setelah perundingan dengan pemerintahan Presiden Saddam Hussein menemui jalan buntu.
Selang dua dekade kemudian, jumlah umat Kristiani di negara itu menyusut dari 1,4 juta orang menjadi hanya 250.000 orang.
Sebagian besar melarikan diri ke luar negeri akibat aksi kekerasan terkait agama yang mendera negara itu sejak invasi pimpinan Amerika Serikat berlangsung pada 2003 dan berujung pada lengsernya Saddam Hussein.
Baca Juga: Paus Fransiskus Kunjungi Kota Kelahiran Nabi Ibrahim di Irak
Puluhan ribu penganut Kristen juga tercerai berai tatkala milisi ISIS mengambil alih kekuasaan di bagian utara Irak pada 2014. Saat itu, milisi ISIS menghancurkan gereja-gereja bersejarah, menyita properti mereka, serta memberikan pilihan untuk membayar pajak, menjadi mualaf, pergi, atau dibunuh.
Apa yang hendak dicapai Paus Fransiskus?
Kepala Gereja Katolik Roma tersebut hendak menguatkan umat Katolik yang dipersekusi serta menyerukan perdamaian dalam pertemuan dengan para pemimpin politik dan pemuka agama lainnya, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC, Mark Lowen, yang turut bepergian bersama Paus.
Ketika menyampaikan pesan kepada rakyat Irak melalui video sehari sebelum memulai kunjungan, Paus Fransiskus mengatakan dirinya "datang sebagai musafir, sebagai musafir dengan kerendahan hati, untuk memohon ampun kepada Tuhan serta rekonsiliasi setelah perang dan terorisme selama bertahun-tahun, untuk memohon pada Tuhan akan penghiburan bagi banyak hati dan pemulihan luka-luka".
Ditambahkannya, "Saya datang ke tengah-tengah Anda juga sebagai musafir perdamaian...mencari persaudaraan dan didorong hasrat untuk berdoa dan berjalan bersama, juga dengan saudara-saudari kita dari tradisi agama lain, dalam jejak Bapa Abraham, yang bersatu dalam satu keluarga Muslim, Yahudi, dan Kristen."
Paus berkata lagi kepada umat Kristen di Irak, "Saya ingin membawakan belaian penuh kasih dari segenap Gereja, yang dekat dengan Anda, dan kepada Timur Tengah yang dipenuhi peperangan, serta mendorong Anda untuk tetap bergerak maju."
Siapa umat Kristen di Irak?
- Orang-orang di wilayah yang kini bernama Irak, telah memeluk agama Kristen sejak abad ke-1 Masehi.
- Berdasarkan data Departemen Luar Negeri AS, para pemuka agama Kristen memperkirakan jumlah penganut Kristen di Irak mencapai kurang dari 250.000 jiwa. Populasi terbesar—sedikitnya 200.000 jiwa—berada di Dataran Niniwe dan Wilayah Kurdistan di bagian utara Irak.
- Sekitar 67% dari mereka adalah penganut Katolik Chaldean, yang punya liturgi dan tradisi ketimuran namun mengakui otoritas Paus di Roma. Sebanyak 20% lainnya adalah anggota Gereja Assyria Timur, yang diyakini sebagai komunitas Kristen tertua di Irak.
- Sisanya adalah penganut Ortodoks Suriah, Katolik Suriah, Katolik Armenia, Apostolik Armenia. Ada pula penganut Anglikan, Evangelikal, dan umat Prostestan lainnya.
Apa saja jadwal Paus?
Lantaran kekhawatiran akan isu keamanan dan lonjakan penularan Covid-19, pria berusia 84 tahun itu tak akan lama berjumpa khalayak umum, menurut wartawan BBC, Mark Lowen.
Meski demikian, masih ada kekhawatiran bahwa kunjungan itu bakal menjadi klaster Covid-19.
Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Baghdad pada Jumat (05/03) sore.
Paus akan disambut perdana menteri dan presiden Irak. Kemudian ia akan menemui para uskup dan rohaniawan Gereja Katolik Suriah Our Lady of Salvation di Baghdad—tempat 52 orang umat Kristiani dan sejumlah polisi tewas dalam serangan kelompok jihadis yang berafiliasi dengan ISIS pada 2010.
Pada Sabtu, Paus akan bertolak ke Kota Najaf untuk menemui Ayatollah Agung Ali al-Sistani. Pria berusia 90 tahun itu adalah panutan bagi jutaan umat Syiah di Irak dan negara lain.
Paus lantas bakal menghadiri pertemuan lintas agama di Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Abraham.
Kemudian dia akan melawat ke Kota Mosul, pada Minggu (07/03). Di sana dia akan mengucapkan doa bagi para korban perang dengan ISIS, yang menyebabkan puluhan ribu warga sipil tewas.
Paus juga akan berkunjung ke Qaraqosh, tempat umat Kristen datang kembali sejak kekalahan ISIS pada 2017 dan membangun ulang gereja dan rumah di sana.
Sorenya, Paus akan memimpin misa di sebuah stadion di Irbil, ibu kota wilayah semi-otonomi Kurdistan. Acara itu rencananya dihadiri ribuan orang.
Sekitar 10.000 personel Pasukan Keamanan Irak akan dikerahkan selama kunjungan Paus. Jam malam juga akan diberlakukan guna membatasi penyebaran Covid-19.