Selanjutnya, kata Agus, bayi gajah tersebut dievakuasi ke PKG Saree untuk penanganan lebih lanjut. Sebab, berdasarkan pemeriksaan awal tim medis, kondisi bayi gajah tersebut lemah dan kritis.
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut, katanya, diketahui kaki kiri depan bayi gajah mengalami dislokasi. Kedua kaki belakang mengalami paralisa atau kelumpuhan, sehingga bayi gajah tersebut tidak bisa berdiri.
Tim medis memberikan perawatan khusus membantu mengurangi rasa sakit, pengobatan luka infeksi, hingga melatih untuk merangsang otot-otot serta syaraf bayi gajah dengan menggunakan alat bantu topang. Selain itu, juga pemberian asupan nutrisi berupa susu formula sebagai pengganti air susuk induk yang diberikan menggunakan selang infus.
"Kami menyampaikan terima kasih kepada tim medis dan PKSL Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan upaya maksimal dalam perawatan bayi gajah yang diberi nama Inong itu. Kami juga berterima kasih kepada Camat Tiro dan masyarakat Panton Bunot, serta pihak terkait yang telah menyelamatkan bayi gajah Sumatera tersebut," ucapnya.
Agus menegaskan gajah Sumatera merupakan satwa liar yang dilindungi. Berdasarkan data organisasi konservasi alam dunia, IUCN, gajah Sumatera hanya ditemukan di Pulau Sumatera.
"Satwa tersebut masuk spesies terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar. Kami mengajak masyarakat bersama-sama menjaga kelestarian gajah Sumatera," kata Agus Arianto.