Debat Panas! Soal Ketum AHY, Jansen ke Mark Sopacua Bersumpah Demi Tuhan

Kamis, 04 Maret 2021 | 08:43 WIB
Debat Panas! Soal Ketum AHY, Jansen ke Mark Sopacua Bersumpah Demi Tuhan
Debat Max Sopacua dan Jansen Sitindaon soal pemilihan AHY sebagai Ketum Partai Demokrat (YouTube/NajwaShihab).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi Partai Demokrat Jansen Sitindaon dan Politisi Senior Max Sopacua berdebat soal terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum (ketum) Partai Demokrat dalam Kongres V 2020 lalu.

Terpilihnya AHY secara aklamasi menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut belakangan menjadi ramai dibahas karena memunculkan pertanyaan apakah Partai Demokrat terbuka atau tidak.

Perdebatan Jansen Sitindaon dan Max Sopacua berlangsung di acara Mata Najwa, Rabu (3/2/2021) malam. Hal itu terjadi setelah Max Sopacua menyebut Demokrat partai keluarga setelah AHY terpilih.

"Kita tahu bagaimana indikasi SBY sudah merancang AHY untuk jadi ketua umum Partai Demokrat," kata Max Sopacua dikutip Suara.com dari tayangan Mata Najwa.

Baca Juga: Viral Tamu Nikah Tidak Diundang, Publik: Demi Rendang, Haram Mah Belakangan

Pernyataan itu dipotong oleh Jansen Sitindaon yang menegaskan bahwa pencalonan sebagai ketua umum pada Kongres Partai Demokrat V lalu dibuka. Hanya saja, kata dia tidak ada yang mendaftar.

Debat Max Sopacua dan Jansen Sitindaon soal pemilihan AHY sebagai Ketum Partai Demokrat (YouTube/NajwaShihab).
Debat Max Sopacua dan Jansen Sitindaon soal pemilihan AHY sebagai Ketum Partai Demokrat (YouTube/NajwaShihab).

"Tidak dibuka pencalonan di kongres kemarin, itu salah. Silakan teman-teman googling, dibuka atau tidak. Yang daftar cuma AHY. Harusnya ribut-ributnya ini di Januari Februari tahun lalu karena Maret ada kongres. Ini baru setahun ribut soal KLB," kata Jansen Sitindaon.

"Justru itu indikasinya, tidak dibuka bos, kalau dibuka tidak ada statement 100 persen didukung. Kami tahu, kami di Demokrat lebih dulu dari anda. Saya pernah jadi ketua KLB di Bali saat SBY melengserkan Anas Urbaningrum. Saya tahu bagaimana pintu-pintu tidak terbuka. Saya bagaimana kongres di Surabaya saat SBY calon tunggal dan harus ada aklamasi. Kita tahu itu," timpal Max Sopacua.

Namun, Jansen Sitindaon menguatkan argumennya dengan mengatakan lalu bagaimana lagi apabila dukungan kepada AHY memang sebesar itu.

Jansen Sitindaon sambil menuding-nuding kemudian menegaskan bahwa itu fakta sejarah. Sambil mengalungkan cocard identitas kongres, dia bersumpah atas nama Tuhan bahwa pencalonan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat 2020 lalu memang dibuka.

Baca Juga: Enam Laskar FPI Tewas Jadi Tersangka, Refly Harun: Rasanya Ada yang Cemen

"Tapi harus nyatakan karena ini fakta sejarah. Saya ini peserta. Saya hadir di situ. Atas nama Tuhan saya mengatakan pencalonan dibuka. Tidak ada tidak dibuka," kata Jansen keras.

Meski begitu, Max Sopacua tetap teguh menyebut pencalonan sudah tidak dibuka karena ditutup lebih dulu. Namun, hal itu dibantah oleh Jansen Sitindaon dengan mengatakan Max Sopacua tidak ada bukti.

"Imajinasi Om Max. Jangankan dua bukti, satu bukti saja tidak punya," tegas Jansen.

Jhoni Allen Marbun kemudian masuk dengan memberi petuah kepada Jansen Sitindaon. Kata dia, tidak perlu membawa nama Tuhan dalam perdebatan.

"Saya ingatkan, sebagai kader muda, jangan pertaruhkan kepercayaanmu kau sumpah, peserta kongres yang tidak memiliki hak suara selesai pidato ketua umum disuruh keluar, saya di situ, Pak Budi juga, saya ada di samping SBY," kata Jhoni Allen.

"Jangan kau tertutup karena faktor lain. Jangan dibuka demi Tuhan. Kalau dibuka Ibas pun mau maju. Ibas minta ke saya. Mudah-mudahan kau sehat karena sudah bersumpah demi Tuhan," sambungnya tegas.

Namun, Jhoni Allen kemudian diskakmat oleh Najwa Shihab karena tempo hari pun juga mengungkit nama Tuhan saat menyebut SBY tidak berkeringat demi Partai Demokrat.

Najwa Shihab kemudian mengalihkan pembicaraan ke Qodari yang menganalisis soal jabatan dan proses dilaksanakannya KLB Partai Demokrat.

Qodari mengatakan, sepertinya KLB tidak mungkin dilakukan karena harus melalui persetyjuan Majelis Tinggi Partai dalam hal ini SBY. Dia juga membandingkan antara AD/ART dulu dan kini yang mana ada perubahan.

"Saya bandingkan AD/ART tahun 2001. Saya lihat perubahan yang signifikan. Peran Majelis Tinggi yang sangat dominan. Kongres disetujui majelis tinggi juga di 2020," katanya.

Berdasarkan struktur organisasi, menurut Qodari keputusan tertinggi Partai Demokrat ada di Majelis Tinggi dan Ketum yang dijabat oleh SBY-AHY.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI